REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dadang Kurnia, Rizkyan Adiyudha, Antara
PDI Perjuangan (PDIP) telah mengumumkan dukungan bagi bakal calon wali kota dan wakil wali kota untuk Kota Surabaya. Eri Cahyadi dan Armuji resmi dipilih PDIP untuk maju pada Pilkada Surabaya.
Eri Cahyadi merupakan kepala Badan Perencana Kota Surabaya, yang juga sering disebut-sebut sebagai anak emas Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini. Sementara Armuji merupakan anggota DPRD Jatim, yang merupakan kader murni partai.
Pengamat politik sekaligus peneliti Surabaya Survey Center (SSC) Surokim Abdusalam menilai Risma menjadi kunci keluarnya rekomendasi PDIP untuk pasangan Eri Cahyadi dan Armuji. "Kuat sekali pengaruh Bu Risma untuk pasangan calon PDIP pada Pilkada Surabaya kali ini. Itu menunjukkan kuatnya pengaruh Bu Risma kepada Bu Megawati," kata Surokim di Surabaya, Rabu (2/9).
Menurut dia, Wali Kota Risma menunjukkan pengaruh kuatnya dan pertimbangan keberlanjutan yang didengar oleh Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri. "Saya pikir pengalaman 10 tahun membuat kuatnya faksi Bu Risma kali ini. Kesimpulannya Mega di Surabaya itu Risma," kata Dekan FISIP Universitas Trunojoyo ini.
Keluarnya rekomendasi Eri-Armuji, lanjut dia, menunjukkan relasi kuasa Risma kepada Megawati adalah relasi kuasa khusus. Selain itu, terpilihnya Eri-Armuji menunjukkan bahwa PDIP tetap dengan skema non-kader untuk mengakomodasi Wali Kota Risma dan kader untuk mengakomodasi kader PDIP.
"Terpilihnya Armuji dalam rangka untuk menguatkan mental dan kader PDIP Surabaya," ujarnya.
Meski demikian, Surokim menyarankan agar Ketua Umum PDIP Megawati Seokarnoputri segera memberi penugasan khusus kepada Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana yang merupakan bakal cawali Surabaya dari PDIP. Hal ini, lanjut dia, untuk meredam pendukungnya dan untuk soliditas dukungan kader internal PDIP Surabaya dalam Pilkada kali ini.
Whisnu Sakti Buana sebelumnya juga banyak disebut akan dipilih PDIP sebagai kandidat wali kota Surabaya. Namun, Megawati memutuskan tidak memilih Whisnu, putra mantan Sekjen PDIP almarhum Soetjipto Soedjono tersebut.
Megawati pun mengucapkan terima kasih kepada kadernya Whisnu telah mendampingi Risma selama 10 tahun. "Saya sudah bilang sama Pak Sekjen, ada hal-hal yang tidak bisa menghindar. Di situ saya lihat Mas Wishnu. Tolong ditunjukkan," kata Megawati meminta agar Whisnu yang hadir secara virtual bersama jajaran DPD PDIP Jawa Timur diberi spotlight.
Whisnu lalu membuka maskernya untuk bisa bicara dengan Megawati. "Aku terima kasih banget loh sama Whisnu," kata Megawati.
Kepada Whisnu Megawati berpesan. Ia bahkan terdengar menahan haru rasa berkata-kata.
"Aku tahu pasti kamu yo kelingan (teringat) sama Pak Tjip (ayahanda Whisnu). Makanya, saya sengaja suruh datangkan yang namanya Bambang Pacul sama Pak Djarot Saiful Hidayat, ada juga Mbak Puti. Jangan ada yang bilang Ibu Mega itu membuang yang namanya Whisnu. Tidak!" kata Megawati.
Whisnu tampak di layar tak bisa berkata, bibirnya tampak bergetar menahan emosi. "Nah, ini saya berhadapan sama kamu. Tidak akan saya buang. Terima kasih selama ini membantu Mbak Risma," kata Megawati.
Whisnu lalu tampak mengepalkan tangan ke dada, sepertinya terharu atas pesan Megawati kepadanya.
Sekjen DPP PDIP Hasto Kristiyanto lalu mengatakan bahwa Whisnu adalah putra mantan Sekjen PDIP Soetjipto yang dikenal sebagai sosok pejuang. "Ibu Ketua Umum sampai terharu dan mengucapkan terima kasih kepada Mas Whisnu atas kerjanya selama dua periode mendampingi Bu Risma," kata Hasto.
"Buat Mas Whisnu, terima kasih telah bekerja bersama Bu Risma membangun Surabaya. Pengabdian itu bukan hanya di eksekutif, melainkan di struktur partai dan legislatif," kata Hasto.
Saat dicoba diwawancarai media, Whisnu memilih tidak berkomentar. "Saya no comment dulu, ya," kata Whisnu.
Sementara itu, sejumlah pendukung Whisnu Sakti Buana mengungkapkan kekecewaannya atas tidak direkomendasikannya yang bersangkutan pada Pilwali Surabaya. Beberapa dari pendukung Whisnu berteriak-teriak sebagai ungkapan kekecewaan di halaman Kantor DPD PDIP Jatim. Bahkan beberapa di antaranya menangis.
Agus Basuki, salah satu relawan pendukung Whisnu Sakti mengatakan kekecewaannya dengan keputusan partai memilih Eri dan Armuji. Menurutnya, para kader di bawah yang terjun ke masyarakat itu layaknya petugas marketing. Selama ini mereka sudah menawarkan Whisnu kepada masyarakat di berbagai kesempatan.
Tiga alasan
Ada sejumlah alasan mengapa PDIP mengajukan Eri dan Armudji. Sekretaris Jendral PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan, Eri Cahyadi merupakan sosok Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dibesarkan dari kalangan nahdliyin. Dia melanjutkan, Eri juga telah mendapatkan proses kaderisasi kepemimpinan yang baik oleh Risma.
"Saya dapat informasi bahwa saudara Eri telah cukup lama mempersiapkan diri," kata Hasto.
Eri Cahyadi diketahui duduk sebagai Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) pemerintah Surabaya. Hasto mengatakan, PDIP akan mengikuti aturan dan UU terkait kapasitas Eri yang saat ini duduk sebagai pejabat di lingkup pemerintahan kota Surabaya.
"Tentu saja kami mengikuti seluruh ketentuan UU yang mengatur hal tersebut karena PDIP taat asas," kata Hasto saat disinggung pengunduran diri Eri sebagai pejabat publik.
Dia melanjutkan, sedangkan Armuji merupakan kader internal partai yang telah digembleng dimulai dari anak ranting ranting PAC, DPC hingga menjadi ketua DPRD Surabaya. Artinya, sambung dia, memahami segala aspek legislasi anggaran dan pengawasan serta representasi akan menjadi mitra yang baik dan saling memperkuat kepemimpinan Eri nantinya.
Mantan sekretaris tim pemenangan Presiden Joko Widodo itu menilai bahwa ini merupakan kombinasi terbaik bagi PDIP untuk menghadapi pilkada Surabaya. Dia mengatakan, kekuatan itu akan didukung dengan 15 kursi yang saat ini dimiliki partai dalam parlemen daerah tingkat II.
"Dan dengan dukungan masyarakat serta keberhasilan Ibu Risma, ini jadi modal sosial yang jauh lebih penting daripada modal kapital itu. Sehingga kami meyakini bahwa pasangan ini akan mampu dapat kepercayaan masyarakat Surabaya," katanya.
Meski demikian, Hasto mengatakan bahwa PDIP tidak boleh lengah. Dia melanjutkan, partai harus terus mengorganisir rakyat untuk memastikan kesinambungan estafet kepemimpinan dari Risma dan Wisnu kepada Eri dan Armuji.
Dalam Pilkada Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji akan berhadapan dengan Machfud Arifin-Mujiaman. Artinya PDIP akan berhadapan dengan koalisi Golkar PKB, PPP, PKS, PAN, Gerindra dan Demokrat yang sepakan mengusung Machfud Arifin-Mujiaman.