REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat sekolah dan universitas di seluruh negeri memantau wabah virus corona dengan pengujian pada manusia, Universitas Negeri Utah mengumumkan bahwa mereka telah menemukan bukti virus dengan cara yang berbeda. Sekolah menemukan jumlah Covid-19 yang meningkat dalam sampel air limbah yang dikumpulkan dari empat asrama di kampus.
Para pejabat Universitas pun mengeluarkan peringatan keamanan pada hari Ahad (30/8) dan menyerukan pengujian wajib serta karantina bagi 287 siswa yang tinggal di empat asrama kampus, yakni Rich, Jones, Morgan dan Davis.
Peneliti kemudian menguji siswa Universitas Negeri Utah untuk Covid-19 pada Ahad lalu. Karantina wajib segera berlaku dan akan berlanjut hingga hasil tes dikembalikan.
Utah State University juga mengaktifkan tim perawatan Covid untuk mengatur sumber daya untuk membantu siswa yang terkena dampak, termasuk pengiriman makanan.
Pengambilan sampel air limbah dimulai 1 Juli dan memberikan peringatan dini untuk menangani kasus potensial, seperti diungkapkan Amanda DeRito, direktur universitas.
"Manfaat dari pengujian air adalah kami mendapatkan gambaran tentang apa yang terjadi di kampus dan dapat mengkarantina bahkan sebelum seorang siswa menunjukkan gejala. Ini juga kurang invasif," kata DeRito dikutip dari CNN, Rabu (2/9).
Tidak ada sampel pengujian lain di kampus yang diambil minggu ini yang menunjukkan peningkatan tingkat virus dan saat ini tidak ada tes positif yang dilaporkan untuk Covid-19 di aula tempat tinggal yang dikarantina.
Pada pertengahan Agustus, CDC mengumumkan pembentukan Sistem Pengawasan Air Limbah Nasional untuk membantu para pemimpin kesehatan masyarakat setempat lebih memahami sejauh mana penyebaran pandemi di komunitas mereka. Limbah dari rumah dan tempat kerja dapat diuji materi genetik dari novel coronavirus.
Studi menunjukkan virus dapat ditemukan dalam tinja dari orang yang sakit dan juga dari orang yang belum memiliki gejala Covid-19.