Kamis 17 Sep 2020 20:41 WIB

Musisi Harus Kreatif dan Adaptif dengan Teknologi

Teknologi digital dapat membantu musisi meluaskan dan memonetisasi musiknya.

Tangkapan layar penampilan Sara Fajira dalam video klip lagu Lathi yang dibawakannya bersama Weird Genius.
Foto: Youtube Weird Genius
Tangkapan layar penampilan Sara Fajira dalam video klip lagu Lathi yang dibawakannya bersama Weird Genius.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjadi musisi di masa sekarang ini tidak hanya dituntut kreatif dalam berkarya, melainkan harus adaptif dengan perkembangan teknologi digital. Sebab, teknologi digital dapat menunjang promosi dan keberlangsungan industri hiburan di masa depan.

Direktur Industri Musik, Seni Pertunjukan, dan Penerbitan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia (Kemenparekraf), Amin Abdullah, mengatakan bahwa para musisi dan segenap stakeholder yang bermain dalam industri musik harus melihat bahwa ekonomi digital merupakan peluang baru untuk memonetisasi hasil karyanya. Ia menyerukan agar musikus tak hanya fokus untuk membuat karya adi luhung, tetapi juga harus bisa menyejahterakan.

Baca Juga

"Tidak ada tujuan lain dari ekonomi kreatif itu selain untuk menyejahterakan," kata Amin kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Sejalan dengan hal itu, pengamat musik Adib Hidayat mengatakan bahwa kreativitas dan inovasi para musisi Tanah Air harus dibarengi dengan kelenturan pola pikir dalam menyongsong teknologi terbaru guna mempromosikan musiknya melalui berbagai platform digital.

"Ini momentum musisi untuk berkreasi dan promosi karya lewat cara yang fun dan tepat sasaran," kata Adib di Jakarta, Kamis.

Adib memberi contoh lagu "Lathi" oleh Weird Genius yang digandrungi berkat sebarannya di platform digital. Demikian juga dengan lagu "Bagaikan Langit" milik band Potret yang kembali mencuat kendati sudah dirilis 21 tahun lalu.

"Interaksi yang muncul antara lagu tersebut dengan publik, walaupun secara online, dapat menumbuhkan rasa keterikatan dengan lagu tersebut, yang akhirnya membuat musik tersebut mudah diingat dan terkenal," kata dia.

Adib mengatakan bahwa musisi juga harus mengenal dan membaur dengan karakteristik pengguna platform digital. Dengan mengerti karakteristik audiens, musisi bisa memutuskan mau membuat konten seperti apa yang bisa menggapai penonton sekaligus memasarkan karyanya.

"Misalnya saja Marion Jola yang aktif menyapa fans...lalu Indra Aziz yang membuat konten edukasi musik, hingga Inul Daratista...yang akhirnya bisa sampai lintas platform ke media sosial lain," kata Adib.

"Ini adalah salah satu jembatan untuk memperkenalkan karya juga, mengingat tidak ada batasan waktu lagu dari zaman mana pun untuk populer lagi," ujarnya melanjutkan.

Adib pun menambahkan, "Harapannya musisi yang sudah tidak muda lagi bisa aktif menyapa fans dan menjaring fans baru karena tiap platform punya karakteristik fans lain."

Hal terakhir yang tak kalah penting bagi musisi adalah konsisten untuk dekat dengan para penggemarnya melalui konten dan karyanya. Adib pun berharap, dengan konsistensi itu, karya musisi bisa viral hingga ke media sosial lain, dan akhirnya akan berpengaruh ke streaming atau penjualan album.

"Musisi harus konsisten. Kalau tidak continue menghasilkan konten uniknya, tentu alogaritmanya juga tidak konsisten menampilkan kontennya ke pengguna," kata Adib.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement