REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Setelah melakukan hijrah dari Makkah ke Madinah, Nabi Muhammad SAW selalu digandrungi kerinduan mendalam terhadap kampung halamannya di Makkah. Kerinduan Nabi ini pun kemudian tersambung ke dalam mimpi. Namun mimpinya Nabi bukanlah sembarang mimpi.
Dalam buku Islam Agama Perdamaian karya Ustaz Ahmad Sarwat dijelaskan, mimpi Nabi ini dibenarkan oleh wahyu yang turun langsung dari Langit. Hal ini pun diabadikan di dalam Alquran Surah Al-Fath ayat 27.
Allah SWT berfirman: “Laqad shadaqallahu Rasulahu ar-ru’ya bil-haqqi latadkhulanna al-masjida al-harama in syaa-allahhu aamina mukhalliqiina ru-usakaum wa muqashirina laa tukhafuna fa’alima maa lam ta’lamuu fajaala min duni dzalika fathan qariban,”.
Yang artinya: “Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjid Al-Haram, insya Allah dalam keadaan aman. Dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui, dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat,”.
Maka kerinduan Nabi kepada Kota Makkah pun semakin menggebu-gebu, meskipun saat itu beliau tahu jika beliau masuk ke Makkah maka nyawanya akan terancam. Namun karena hadirnya wahyu Allah, Nabi pun menguatkan tekad untuk tetap berangkat ke Makkah. Maka setelah tahun kedelapan hijrah, tepatnya pada tanggal 20 Ramadhan, Nabi dapat kembali pulang ke kampung halamannya dengan kemenangan sebagaimana janji Allah SWT.