REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Pada masa pandemi, kegiatan kita di luar rumah menjadi terbatas demi memutus rantai pandemi Covid -19. Salah satu kegiatan yang paling dibatasi adalah membuat film dan menonton film di bioskop.
Akibatnya, banyak orang kini berkegiatan secara daring, salah satunya menonton film melalui layanan streaming. Lantas apakah membuat film juga bisa dilakukan secara daring?
Salah satu sutradara Jepang beralih ke aplikasi video yang banyak digunakan pada masa pandemi yaitu Zoom. Dia membuat sebuah film dengan memanfaatkan aplikasi tersbeut.
Film baru milik sineas Shinichiro Ueda yang berdurasi 26 menit itu diambil dari jarak jauh. Proses produksi film ini tidak melibatkan orang-orang yang harus bertemu langsung. Film ini menampilkan rekaman yang diambil oleh para aktor itu sendiri melalui ponsel pintar mereka serta rekaman pertemuan di aplikasi Zoom.
Ueda berfokus pada film bergenre horor komedi. Film ini menceritakan tentang teleworking berjudul One Cut of the Dead Mission: Remote. Film ini akan dirilis pada awal tahun dan dibagikan secara gratis di saluran Youtube.
Ueda akan menampilkan karakter yang sama dari film pemenang penghargaan 2017 One Cut of the Dead yaitu film yang memiliki satu pengambilan gambar yang berdurasi 37 menit.
"Seluruh Jepang, seluruh dunia, merasa sedikit stres karena ketakutan tentang virus corona, jadi saya hanya memiliki keinginan sederhana untuk sedikit menghibur orang melalui hiburan yang menyenangkan," ujar Ueda kepada the Associated Pers, dilansir di laman We Are Centralpa, Kamis (15/10).
Menurut dia, menikmati tayangan yang menghibur menyelamatkan dan membantunya mengatasi depresi. Dia merasakan semacam misi yang harus dilakukan sekarang.
Latar belakang film One Cut of the Dead Mission: Remote adalah keputusasaan yang dirasakan para aktor, aktris, musisi, dan pembuat film karena pandemi. Pembatasan jarak sosial membuat mereka sangat sulit mengejar pekerjaan dan mata pencaharian. Hal itu juga dirasakan oleh Ueda.
Plot film tersebut berpusat di sekitar pemeran dan kru yang merekam film pendek tentang penyusup misterius yang menyerang dan menggelitik korban sehingga mereka tidak bisa berhenti tertawa. Hasilnya adalah ramuan lucu narsis yang tidak stabil, pengeditan yang jelas, dan penceritaan yang diformulasikan.
Karya tersebut mengomunikasikan pesan yang kuat dan mengharukan tentang orang-orang kreatif yang berkumpul bersama. Meskipun ada hambatan, pengabdian mereka yang tak tergoyahkan pada pembuatan film.
Satu urutan dan credit roll menampilkan lebih dari 300 orang dari seluruh dunia yang mengirimkan klip video senyum dan tarian mereka. Hal ini merupakan permintaan para kru film yang disampaikan melalui media sosial.
Ueda menggabungkan komedi slapstick dan berfokus pada visual dibandingkan penceritaan verbal berisi penjelasan. Dia melakukan pendekatan yang relatif jarang dalam film Jepang kontemporer.
"Saya dibesarkan di film-film Hollywood. Saya telah menonton lebih banyak film Amerika daripada film Jepang," kata dia.
Karya yang dia tonton semuanya dibuat dengan standar global, bukan sesuatu yang hanya dipahami di Jepang. "Itu membantu saya mengembangkan bakat untuk mengejar karya yang dinikmati semua orang di dunia, karya yang berkaitan dengan tema universal dan keinginan primordial," ujarnya.
Dia mengatakan ada beberapa karya dari berbagai sutradara yang memengaruhi karyanya. Mereka di antaranya Billy Wilder, Quentin Tarantino, Steven Spielberg, Martin Scorsese, Wes Anderson dan Sidney Lumet.
Selain menyutradarai, Ueda juga menulis skenario film dan menyuntingnya sendiri. Dia sering bekerja dengan anggaran yang sedikit.