REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febryan. A, Ali Mansur, Flori Sidebang
Aksi penjambretan terhadap pesepeda semakin marak terjadi di Jakarta akhir-akhir ini. Bahkan, seorang perwira dari Korps Marinir TNI AL turut jadi korban ketika bersepeda di sekitar Monumen Nasional (Monas), pada Senin (26/10).
Kabid Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Polisi Yusri Yunus mengakui akhir-akhir ini kasus begal sepeda semakin marak. Bahkan setidaknya sudah ada tujuh tempat kejadian perkara (TKP) begal sepeda. Oleh karena itu, pihak membentuk tim khusus untuk menyelidiki dan mengungkap pelaku begal sepeda.
"Polda Metro Jaya telah membentuk tim, ini dijadikan skala prioritas oleh pak Kapolda Metro Jaya, langsung membentuk tim di bawah pimpinan Dir Krimum Polda Metro Jaya. Untuk melakukan penyelidikan pengungkapan begal-begal yang sudah ada," tegas Yusri di Mapolda Metro Jaya, Jakarta Selatan, Selasa (27/10).
Selain itu, pihaknya juga melakukan tindakan preventif dengan patroli-patroli, mempetakan lokasi-lokasi yang dianggap rawan terjadi begal. Seperti di Jalan Sudirman, Jalan MH Thamrin dan jalan-jalan lainnya yang memang dipetakan oleh timsus. Kemudian pihaknya juga melakukan penjagaan-penjagaan di tempat tersebut, baik petugas berseragam maupun berpakain preman.
Selain itu, kata Yusri, pihak Kepolisian juga telah melakukan tindakan preemptive, seperti memberikan imbauan kepada pengguna sepeda atau pegowes. Pertama, pegowes diharapkan keamanan diri sendiri, seperti tidak bersepeda di tempat-tempat sepi. Kedua jangan bersepeda sendiri, kalau bisa berkelompok, ini salah satu upaya untuk menghilangkan N+K (niat plus kesempatan).
"Bagi para pelaku niatnya ada tapi kesempatan karena banyak orang disitu, bersepedanya rame-rame, gak mungkin (terjadi begal)," Yusri menambahkan.
Imbauan selanjutnya, Yusri mengharapkan para pegowes tidak memancing para pelaku-pelaku begal. Seperti bersepeda sembari berswafoto ria, membawa barang-barang berharga, jika memang membawa handphone, harus ditaruh ditempat yang aman.
"Cari yang lebih aman, bagaimana bisa mem-protect diri masing-masing. Upayakan jangan sepeda di malam hari apalagi subuh-subuh, tutur Yusri.
Tidak hanya Polda Metro Jaya, jajaran Polres Metro Jakarta Selatan (Jaksel) telah membentuk Satuan Tugas (Satgas) Anti Begal pada pekan lalu. Kemudian pekan ini giliran Polres Metro Jakarta Pusat (Jakpus) membuat satgas serupa.
Wakapolres Metro Jakarta Pusat AKBP Heri Ompusunggu mengatakan, Satgas Anti Jambret Jakarta Pusat sudah mulai bekerja hari ini, Selasa (27/10). Satgas yang beranggotakan 10 personel itu disebar di sejumlah jalan protokol.
"Satgas difokuskan di kawasan Jalan Sudirman dan Thamrin," kata Heri kepada wartawan, Selasa.
Anggota satgas, kata Heri, bakal berpatroli dengan sepeda motor. Mereka menggunakan seragam polisi seperti biasa, bukan berpakaian preman. "Dengan mengenakan seragam, itu akan membuat shock terapi untuk pelaku. Mereka akan sadar bahwa petugas ada di sana," ujar Heri.
Heri juga mengingatkan, para pesepeda untuk tetap waspada. Ia mengingatkan agar pesepeda gowes secara bersama-sama. Sebab, modus pelaku jambret selalu mengincar pesepeda yang sedang sendirian di jalanan sepi.
"Apalagi sepeda yang digunakan itu mahal dan pesepedanya juga membawa handphone," katanya.
Ketua Umum Bike To Work Indonesia, Poetoet Soedarjanto, mengatakan, sebenarnya tindak kriminalitas di Jakarta tak mengenal korban maupun waktu. Setiap ada kesempatan, pelaku pasti melancarkan aksinya. Hanya saja, dalam sebulan terakhir memang pesepada yang kerap jadi korban.
"Syukur Polres Jaksel dan Jakpus sudah membentuk satgas. Tapi yang paling penting kita meningkatkan kewaspadaan dan memberanikan diri untuk melawan ketika ada praktek kejahatan seperti itu," kata Poetoet.
Untuk itu, Poetoet memberikan lima tips aman bersepeda di Jakarta. Baginya, kelima tips ini cukup manjur. Selama belasan tahun bersepeda di Jakarta, dirinya belum pernah menjadi korban tindak kriminal.
Pertama, pilih waktu dan rute yang paling aman. Pilih waktu dan rute yang ramai sehingga pelaku kejahatan bakal berpikir dua kali untuk melancarkan aksinya.
"Jangan pilih waktu bersepeda pada malam atau dini hari," katanya.
Kedua, simpan bawaaan berupa barang berharga di tempat yang tak mudah dilihat orang lain. Sehingga pelau tidak terpicu untuk menjambret. Misalnya, kata dia, jangan letakkan ponsel di kantong belakang.
"Kan kita punya kantong kecil tuh di dekat tempat duduk sepeda. Kan kalau di sana susah dijangkau penjahat," ucapnya. Jangan pula, tambah dia, membawa barang-barang yang mencolok perhatian.
Ketiga, jika mengenakan tas selempang, maka pakailah di sisi kiri. Mengenakan tas di sisi kanan bakal semakin memudahkan penjahat untuk menjambret. Sebab, pesepeda biasanya melaju di sisi kiri jalan, sedangkan penjambret melaju di sisi kanan pesepeda dengan mengendarai sepeda motor.
"Itu kalau terpaksa pakai tas selempang, ya. Tapi lebih baik tidak membawa tas selempang," katanya.
Keempat, kenali lingkungan ketika bersepeda. Jika saat sedang gowes menemukan tanda-tanda mencurigakan, segeralah berhenti. Jika dibutuhkan, segera cari tempat pertolongan.
"Kalau kita ngomong Jakarta, rata-rata kan tidak jauh sama gedung kantor atau tempat yang ada sekuritinya. Langsung aja belok ke sana untuk mencari perlindungan," ujarnya.
Kelima, hafalkan titik-titik penting di rute yang biasa dilewati atau akan dilewati. Misalnya, hafalkan pos polisi, klinik dan bengkel.
"Seumpama ada kecelakaan, atau tindak kriminal terhadap diri sendiri maupun orang lain, kita dengan mudah mengarahkan ke tempat yang sudah kita hafal tersebut," katanya.
Poetoet pun menyampaikan harapan agar pesepada tidak takut gowes di Ibu Kota. "So, jangan takut bersepeda, tapi harus tetap penuh kewaspadaan," katanya.
Ketua Komisi B DPRD DKI Jakarta Abdul Aziz menyarankan Pemprov DKI untuk menambah jumlah kamera CCTV dan meningkatkan patroli keamanan di berbagai wilayah yang dianggap rawan terjadi tindak kejahatan.
"Saran kami seharusnya ini kan lebih ke arah preventif ya, jangan sampai terjadi lagi. Harus diperbanyak CCTV dan juga mungkin patroli dari Dishub bekerja sama dengan kepolisian. Karena ini cukup mencemaskan warga juga," kata Aziz saat dihubungi, Selasa (27/10).
Menurut Aziz, keberadaan kamera CCTV cukup penting. Sebab, ia menilai, hal tersebut dapat mengurangi maupun mencegah terjadinya begal atau tindak kriminal.
"Kalau ada CCTV di daerah-daerah rawan begitu kan bisa paling tidak mengurangi atau juga mencegah lah orang-orang yang ingin berperilaku kriminal di daerah itu," ujar dia.
Selain itu, ia juga meminta kepada para pesepeda untuk lebih tanggap terhadap keselamatan diri masing-masing. Dia mengimbau agar masyarakat tidak bersepeda seorang diri.
"Kalau untuk warga ya saya kira harus tanggap. Maksudnya, daerah-daerah yang rawan ini kan juga kita tahu sebenarnya daerah-daerah mana saja dan juga kalau bersepeda jangan sendirilah. Mungkin bisa sama keluarga, dua-tiga orang, sehingga kalau ada banyak orang kan orang juga mikir-mikir kalau untuk melakukan kejahatan," jelas dia.
"Tapi juga jangan terlalu banyak, kalau terlalu banyak, apalagi kalau orang yang enggak serumah tinggalnya, itu risiko Covid semakin tinggi," sambungnya.