REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Label fesyen Prancis, Hermes berencana membangun peternakan buaya terbesar di Australia. Rencananya, Hermes akan bekerja sama dengan Mick Burns dan membeli bekas pertanian hortikultura dekat wilayah Darwin.
Vice mengutip ABC News pada Selasa (10/11) melaporkan, fasilitas tersebut diharapkan dapat menampung sekitar 50 ribu buaya air asin. Semua buaya tersebut akan dibudidayakan untuk diambil kulit dan dagingnya.
Diperkirakan, untuk membangun peternakan buaya tersebut, Hermes perlu mengeluarkan biaya sekitar 40 juta dolar AS. Pada kapasitas produksi puncak, proyek yang direncanakan akan meningkatkan jumlah buaya yang dibudidayakan di Northern Territorian hingga 50 persen.
Hermes juga mengakuisisi bekas perkebunan melon dan pisang di Lambells Lagoon melalui PRI Farming. Direktur PRI adalah salah satu pemarin terbesar Mick Burns dalam industri buaya yang menguntungkan di Northern Territorian.
Australia saat ini menjadi pemimpin dunia dalam perdagangan buaya air asin. Sementara Northern Territorian merupakan produsen terbesar di negara tersebut. Lebih dari 24.600 kulit buaya diekspor dari negara bagian pada 2018 hingga 2019.
Standar kualitas Northern Territorian yang mengesankan disebut telah mendorong produsen mode kelas atas seperti Hermes dan Louis Vuitton, khususnya untuk membeli pertanian lokal untuk mengamankan rantai pasokan mereka.
Kedua label mode Prancis tersebut saat ini mengendalikan sebagian besar peternakan buaya di negara bagian tersebut. Konsultan peternakan buaya, Geoff McClure mengatakan kepada ABC News, Hermes membeli peternakan pertamanya sekitar 10 tahun lalu sehingga memicu efek domino yang mendorong Louis Vuitton mulai membeli peternakan buaya miliknya sendiri.
“Kekhawatiran tentang Hermes yang memiliki seluruh pasar Australia. Jika mereka membeli pertanian, mereka memiliki kontinuitas pasokan dan mereka memiliki faktor penambah nilai,” ungkap McClure.