REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Duta Petani Milenial, Sandi Octa Susila, menuturkan pertanian menjadi sektor yang bonafide dan menguntungkan untuk ditekuni, sekalipun di masa pandemi. Menurut dia, generasi milenial punya kemampuan yang lebih untuk mengoptimalisasi pertanian lewat internet of things.
"Saya sudah rasakan betul, karena memang ada duitnya. Usaha yang saya jalankan sudah masuk ke tahun kelima," kata Sandi dalam dalam Talk Show Virtual yang digelar Satgas Penanganan Covid-19, Senin (23/11).
Sandi menuturkan, awalmula menjadi petani, ia mengkoordinasikan 10 petani di kampungnya di Cianjur. Namun, kini terus berkembang menjadi 385 petani yang bergabung. Adapun komoditas yang digeluti yakni hortikultura dan disuplai langsung ke pasar modern sehingga usaha yang dijalankan terintegrasi dari hulu ke hilir.
"Kita kerja sama dengan mitra yang pasti membeli produk kita. Harga hasil dari petani juga dibeli lebih tinggi karena kita benahi kualitas. Ini satu-satunya sektor yang tahan terhadap pandemi," ujarnya.
Ia pun bercerita, membangun bisnis pertanian memang sulit ketika di awal. Apalagi saat mengkonsolidasikan para petani di desanya yang seluruhnya berusia tua. Menurut Sandi, penggunaan teknologi digital tidak bisa digunakan oleh generasi petani tua saat ini. Ia mengaku telah berulang kali melatih petani namun tetap tidak bisa diadaptasi.
"Mereka hanya butuh kalimat sederhana dan bisa diimplementasi di lapangan. Jadi, bicara revolusi industri 4.0 itu tidak sampai," ujarnya.
Oleh karena itu, kata Sandi generasi milenial dibutuhkan dalam sektor pertanian. Sebab, hanya milenial yang bisa mengadopsi industri 4.0 di dalam sektor pertanian.
Saat ini, ia sendiri sudah mengkoordinasikan luasan lahan sekitar 120 hektare yang dipantau lewat aplikasi. Dengan begitu, kontrol pertumbuhan tanaman dapat dilakukan lewat komputer sehingga lebih mengefisienkan kinerja namun dengan hasil yang lebih efektif.