Selasa 24 Nov 2020 21:44 WIB

BPPTKG Catat Gempa Guguran Gunung Merapi Sebanyak 33 Kali

Pengamatan terus dilakukan mengingat status Merapi telah dinaikkan menjadi Siaga.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Andi Nur Aminah
Rambu-rambu kawasan bahaya Gunung Merapi terpasang di Balerante, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (24/11). Balerante menjadi salah satu desa yang terdampak saat erupsi 2010. Dan kini menjadi desa siaga bencana Gunung Merapi. Warga rentan lansia dan balita sudah berada di barak pengungsian. Dan juga di Balerante merupkaan titik pemantauan Gunung Merapi.
Foto: Wihdan Hidayat / Republika
Rambu-rambu kawasan bahaya Gunung Merapi terpasang di Balerante, Klaten, Jawa Tengah, Selasa (24/11). Balerante menjadi salah satu desa yang terdampak saat erupsi 2010. Dan kini menjadi desa siaga bencana Gunung Merapi. Warga rentan lansia dan balita sudah berada di barak pengungsian. Dan juga di Balerante merupkaan titik pemantauan Gunung Merapi.

REPUBLIKA.CO.ID, 

 

Baca Juga

JAKARTA -- Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) mencatat perkembangan aktivitas Gunung Merapi pada Senin (23/11) hingga pukul 24.00 WIB. Disebutkan telah terdengar suara guguran sebanyak sembilan kali (lemah-keras) dari Pos Babadan dan Pos Kaliurang dengan suhu udara adalah 14-27,5 derajat celcius. Menurut hasil rekaman seismograf, gempa guguran terjadi sebanyak 33 kali. 

"Menurut hasil rekaman seismograf, gempa guguran terjadi sebanyak 33 kali, gempa hembusan 83, 399 gempa hybrid/fase banyak, 37 gempa vulkanik dangkal dan tiga kali gempa tektonik jauh," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Raditya Jati seperti dalam keterangan tertulis yang diterima Republika-ise Selasa (24/11).

Secara visual, dia melanjutkan, terlihat asap berwarna putih dengan intensitas tebal dengan ketinggian 50 meter di atas puncak. Kemudian untuk laju rata-rata deformasi yang diukur berdasarkan Electronic Distance Measurement (EDM) Babadan adalah sebesar 11 sentimeter per hari.

Dalam hal ini, pengamatan terus dilakukan mengingat status Gunung Merapi telah dinaikkan menjadi Level III atau Siaga sejak Kamis (5/11). Berdasarkan hasil dari pengamatan tersebut, ia menyebutkan BPPTKG memberikan rekomendasi bahwa kegiatan penambangan di alur sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam Kawasan Rawan Bencana (KRB) III agar dihentikan.

"Diimbau bagi para pelaku wisata agar tidak melakukan kegiatan wisata di KRB III Gunung Merapi, termasuk kegiatan pendakian ke puncak Gunung Merapi," ujarnya.

Ia juga meminta Pemerintah Kabupaten Sleman, Kabupaten Magelang, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Klaten agar mempersiapkan segala sesuatu yang terkait dengan upaya mitigasi bencana akibat letusan Gunung Merapi yang bisa terjadi setiap saat. Adapun prakiraan daerah bahaya yang berpotensi terdampak erupsi Gunung Merapi adalah Dusun Kalitengah Lor di Desa Glagaharjo, Dusun Kaliadem di Desa Kepuharjo dan Dusun Palemsari di Desa Umbulharjo yang berada di wilayah administrasi Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta.

Kemudian Dusun Batur Ngisor, Gemer, Ngandong, Karanganyar di Desa Ngargomulyo, Dusun Trayem, Pugeran, Trono di Desa Krinjing, Babadan 1, Babadan 2 di Desa Paten, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Berikutnya Dusun Stabelan, Takeran, Belang di Desa Tlogolele, Dusun Sumber, Bakalan, Bangunsari, Klakah Nduwur di Desa Klakah dan Dusun Jarak, Sepi di Desa Jrakah, Kecamatan Selo di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Selanjutnya Dusun Pajekan, Canguk, Sumur di Desa Tegal Mulyo, Dusun Petung, Kembangan, Deles di Desa Sidorejo dan Dusun Sambungrejo, Ngipiksari, Gondang di Desa Balerante, Kecamatan Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement