REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan pembicaraan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin terkait konflik di Nagorno Karabakh, Selasa (24/11) waktu setempat. Erdogan berharap kepada Putin untuk segera memulai operasi di pusat pemantauan bersama yang akan didirikan di Nagorno-Karabakh.
"Erdogan mengatakan kepada Putin bahwa pusat pemantauan baru harus aktif secepat mungkin sebagai bagian dari langkah-langkah yang diambil untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh dan membawa stabilitas yang langgeng ke kawasan itu," ujar Direktorat Komunikasi Turki dalam sebuah pernyataan dikutip laman Anadolu Agency, Rabu.
Azerbaijan dan Armenia telah menandatangani perjanjian yang ditengahi Rusia pada 10 November untuk mengakhiri pertempuran. Kedua negara berkonflik juga harus bekerja menuju solusi komprehensif.
Turki dan Rusia sejak itu menandatangani nota kesepahaman untuk mendirikan pusat bersama dalam memantau kesepakatan perdamaian. Pusat itu akan didirikan di wilayah Azerbaijan yang dibebaskan dari pendudukan Armenia.
Erdogan mencatat bahwa selama proses implementasi, pihak Armenia seharusnya tidak diizinkan untuk mempersulit solusi yang bertahan lama. Menurutnya, Armenia juga tidak dibolehkan menghindari tanggung jawabnya di bawah kesepakatan gencatan senjata, karena ia menyoroti sensitivitas Azerbaijan atas kembalinya semua wilayahnya.
Selain berbicara soal Azerbaijan dan Armenia, kedua pemimpin juga membahas cara untuk meningkatkan volume dan hubungan perdagangan bilateral serta perkembangan di Nagorno-Karabakh, Suriah, dan Libya.
Erdogan mengatakan tidak mungkin untuk memahami kritik oleh ketua bersama Grup Minsk lainnya terkait upaya perdamaian. Dia juga mengatakan bahwa pemimpin Turki menekankan perlunya langkah-langkah cepat dan konkret untuk mengakhiri perang di Suriah.
Keduanya juga menyuarakan kepercayaan pada kelanjutan kerja sama Turki-Rusia dalam pembicaraan politik dan militer untuk melindungi persatuan dan integritas Libya.