REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Inspektorat Jenderal mengmbangkan aplikasi Audit and Monitoring Using Remote Sensing Tool Trough Automatic System (AMOURAS) guna monitoring dan audit secara digital yang berbasis tabular dan spasial. Aplikasi ini dirancang dengan menggunakan teknologi informasi modern sehingga memungkinkan auditor menghasilkan laporan audit secara berkala tanpa harus menunggu proses audit di akhir periode anggaran.
Penggunaan aplikasi ini merupakan wujud pelaksanaan good governance yang mengikuti perkembangan dan tuntutan zaman. Bahkan, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam berbagai kesempatan selalu menyampaikan untuk memanfaatkan teknologi informasi dan akurasi data untuk mempercepat dan mempermudah pelayanan.
"Bila kita tidak ikut dan memanfaatkannya, maka kita akan tertinggal. Dan bagi sebuah entitas usaha atau pelayanan, ketertinggalan sama saja dengan kematian," katanya, seperti dalam siaran pers, Rabu (25/11).
Data menurut Mentan SYL merupakan hal krusial dalam pertanian. Karena itu, Kementan membangun sistem data yang transparan dan terbuka untuk diperbaiki.
Atas salah satu upaya tersebut, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memberikan apresiasi kepada Kementan terkait pengelolaan data penyaluran pupuk subsidi dengan memanfaatkan nomor induk kependudukan ( NIK) sehingga dapat disalurkan secara akurat dan efektif
Mengenai AMOURAS, Inspektur II Inspektorat Jenderal Kementan, Tin Latifah mengatakan bahwa aplikasi ini sangat dibutuhkan khususnya di era teknologi dikarenakan berbagai permasalahan terkait teknis pengawasan kerap terjadi dalam pelaksanaan kegiatan pengawasan seperti audit coverage yang rendah dibandingkan jumlah satker Kementan karena jumlah sumber daya manusia ( SDM) auditor yang terbatas.
"Kendala lainnya yakni laporan hasil audit atau evaluasi maupun pemantauan seluruhnya dalam bentuk dokumen tercetak (manual) sangat sulit dilakukan konsolidasi untuk diolah datanya sebagai dasar pengambilan kebijakan, hal ini juga sangat rawan terjadi kehilangan termasuk risiko rusak akibat kebakaran," kata Tin Latifah di Jakarta, Selasa (25/11).
Tin menambahkan dokumen manual juga sulit dilakukan proses tracing data karena memerlukan pencarian secara konvensional untuk mengumpulkan seluruh informasinya, sehingga rawan terhadap diskontinuitas data antar dokumen, yang berpengaruh terhadap kecermatan dan kelengkapan data manual.
"Dengan Aplikasi AMOURAS, memungkinkan permasalahan terkait teknis pengawasan tersebut dapat diatasi,"tambahnya.
Tin menerangkan bahwa dengan mengimplementasikan aplikasi AMOURAS, Inspektorat Jenderal Kementan kini dapat melakukan pemantauan atas seluruh kegiatan baik kegiatan utama maupun penunjang mitra Eselon I secara real time yang berbasis teknologi informasi, sehingga dapat diwujudkan kondisi yang diharapkan.
"Kita bisa mendapatkan early warning system terkait pengelolaan keuangan dan kinerja sehingga lebih fokus pada pengendalian preventif dan detektif jika terjadi perubahan kualitas kinerja,"terang Tin.
Selain itu, aplikasi ini memungkinkan tersedianya informasi audit untuk digunakan dalam pengambilan keputusan secara real time, meningkatnya akuntabilitas pengelolaan keuangan dan kinerja pada eselon 1 Kementan, peningkatan efisiensi dan efektivitas sumber daya kegiatan pengawasan di Inspektorat dan juga sebagai tools untuk pencegahan korupsi (fraud prevention).
"Aplikasi sistem juga akan mengurangi penggunaan kertas (paperless system). Kertas kerja audit yang selama ini dalam bentuk kertas akan digantikan kertas kerja elektronik yang informasinya bisa dibagi diantara auditor pada lokasi berbeda melalui penggunaan email atau remote access software," tutup Tin.