Sabtu 28 Nov 2020 05:49 WIB

Nasihat untuk yang Belajar ke 'Ustadz Google'

Banyak masyarakat yang sekarang belajar ke Ustadz Google.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Nasihat untuk yang Belajar ke 'Ustadz Google'. Foto: (Foto: ilustrasi Google)
Foto: Flickr
Nasihat untuk yang Belajar ke 'Ustadz Google'. Foto: (Foto: ilustrasi Google)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ajaran-ajaran menyesatkan kini sangat mudah tersebar melalaui media internet. Bahkan, jika hanya mengaji lewat google, bisa saja membuat orang tersebut melakukan hal-hal yang justru bertentangan dengan ajaran Islam.

Karena mudahnya mencari ilmu agama lewat google, mesin pencarian itu pun sekarang dikenal dengan istilah “Ustadz Google”. Istilah ini juga mendapat sorotan dari pendiri Rumah Fikih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat.

Baca Juga

Dalam bukunya yang berjudul “Mengaji kepada Ustaz Google", Ustasz Sarwat menjelaskan bahwa istilah Ustadz Google itu pertama kali didengarnya dari mulut dosen hadits-nya saat kuliah S-2 di jurusan Ilmu Alquran dan Ilmu Hadits di Institut Ilmu Al-Quran (IIQ) Jakarta.

Dosennya tersebut bernama Prof KH Ali Mustafa Ya’qub. Pada waktu itu, menurut dia, Kiai Mustafa Ya’kub sedang menjelaskan betapa sesatnya orang yang belajar agama tidak kepada ulama, tetapi malah merujuk ke Google.

“Maka gelar ‘ustadz Google’ pun keluar dari mulut beliau (Kiai Mustafa Ya’kub),” kata Ustaz Sarwat dikuti dari buku “Mengaji kepada Ustaz Google", Jum’at (27/11).

Lebih lanjut, Ustaz Sarwat menjelaskan, fenomena mengaji dan belajar agama lewat Google kini memang melanda umat Islam. Setiap butuh ilmu agama, khususnya terkait jawaban hukum syariah, mereka justru bertanya kepada Ustaz Google.

Cukup ketikkan kata kuncinya di smartphone, seketika semua pertanyaan terjawab sudah. Maka, Google akhirnya naik pangkat menjadi ustadz pintar yang jadi tempat bertanya masalah-masalah agama.

Asyiknya sebagai ‘ustadz’, Google selalu bisa dihubungi kapan saja selama 24 jam. Berbeda dengan ustadz betulan yang susah ketemunya karena sibuk dengan semua agenda ceramahnya. Berbeda dengan ustadz-ustadz biasa yang kadang gelagapan kalau ditanya, ustadz Google juga tidak pernah tidak bisa menjawab. Semua pertanyaan pasti dijawabnya, sehingga resmilah Google menjadi ustadz-nya umat Islam sedunia.

Menurut Ustaz Sarwat, hari ini orang-orang sudah tidak lagi belajar agama kepada ulama yang seharusnya kita belajar. Para aktifis dakwah bahkan sudah tidak merasa perlu lagi jauh-jauh kuliah ke Al-Azhar Mesir, dan tidak lagi merasa butuh bertalaqqi dengan para fuqaha. Cukup dengan melakukan pencarian di Google, serasa semua ilmu sudah ada di tangan.

Ustaz Sarwat melanjutkan, kalau yang melakukan hal itu  orang awam yang tidak paham agama, mungkin masih masuk akal. Tetapi ketika yang melakukannya justru para penceramah, ustadz, narasumber, bahkan produser program keislaman di televisi, maka disitulah titik pangkal kesalahannya.

“Mengapa saya bilang itu adalah titik pangkal kesalahan? Sebab ilmu agama itu sejatinya hanya dimiliki oleh para ulama ahli agama, yang hari ini jumlahnya amat sedikit,” kata Ustaz Sarwat.

Sementara, dari yang sedikit itu, sangat sedikit sekali yang meluangkan waktunya untuk menulis di internet. Tetapi yang menulis di internet justru bukan para ulama dan tulisannya justru menjadi viral di media sosial. Kemudian, masyarakat yang aktif di media sosial menelannya secara mentah-mentah.

Pada intinya, Ustaz Sarwat hanya ingin mengatakan bahwa kesalahan mengaji kepada ustadz Google adalah mengaji kepada yang bukan sumber rujukan ilmu, bukan ulama. Sebab para ulama sendiri malah tidak menitipkan ilmunya di internet.

“Jadi kalau pun dicari pakai Google, yang ditemukan pastinya bukan ilmu para ulama,” jelas Ustaz Sarwat.

n/Muhyiddin

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement