Sabtu 05 Dec 2020 11:21 WIB

Sholat Jemput Maut Sang Kurir dan Khasiat An-Naml Ayat 62

Sang kurir sholat menghadapi maut hingga dia baca an-naml 62

Rep: Ali Yusuf/ Red: Nashih Nashrullah
Sang kurir sholat menghadapi maut hingga dia baca an-naml 62. Bersujud (ilustrasi).
Foto: Reuters
Sang kurir sholat menghadapi maut hingga dia baca an-naml 62. Bersujud (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Syekh Wahab bin Munabbih Rahmatullah ‘alaih seperti ditulis dalam kitab Nuzhatul Majelis bercerita, bahwa di Kufah ada seorang pengantar barang yang terkenal. Orang-orang sangat memercayainya, karena sifatnya jujur dan terpercaya, para pedagang banyak menitipkan barang atau uang kepadanya.   

Ketika sedang dalam perjalanan ia bertemu dengan seorang laki-laki dan bertanya. "Engkau mau ke mana?" Pengantar barang tersebut menjawab, "Aku akan ke suatu kota." 

Baca Juga

Laki-laki itu berkata. "Aku juga akan kesana." “Sebenarnya aku dapat bersamamu dengan berjalan kaki tetapi, bagaimana jika aku ikut menumpang keledaimu dengan bayaran satu dinar?” Pengantar barang itu pun setuju.  

Ketika tiba di suatu persimpangan jalan, laki-laki tadi bertanya. "Jalan manakah yang akan kau tempuh?" Pengantar barang menjawab, "Jalan besar yang umum ini!” 

Laki-laki tadi berkata. "Jalan yang satunya ini lebih dekat dan lebih mudah untuk mendapatkan makanan bagi binatang karena banyak rumput di sana." Pengantar barang menyahut. "Aku belum pernah melewatinya." 

"Tapi aku sering melewatinya," kata laki-laki tadi. "Baiklah jika begitu," jawab pengantar barang. Maka mereka pun menempuh jalan alternatif. 

Beberapa lama kemudian mereka tiba di sebuah hutan yang menyeramkan yang banyak berserakan bangkai manusia. Tiba-tiba laki-laki tadi turun dari keledai yang dinaikinya dan langsung mengeluarkan belati dari balik punggungnya dengan maksud mengambil harta pengantar barang tadi.

"Jangan," teriak pengantar barang kepada laki-laki itu. "Ambilah keledai beserta semua barangnya maka nilai yang kamu inginkan tetapi jangan bunuh aku." 

Laki-laki tadi tidak mempedulikan tawaran tersebut dan malah bersumpah. "Aku akan membunuhmu, kemudian aku akan mengambil semua barangmu," katanya. 

Pengantar barang merengek-rengek agar laki-laki itu mengurungkan niatnya. Namun si laki-laki tersebut bergeming dan akhirnya pengantar barang pasrah dan berkata, "Baiklah izinkan aku sholat dua rakaat untuk terakhir kalinya!" 

Sambil tertawa laki-laki itu mengabulkan permintaan pengantar barang dan berkata. "Silakan cepatlah sholat! Mereka yang mati pun telah meminta hal yang sama tetapi sholat mereka tidak menolong mereka sedikitpun." 

Segera pengantar barang itu sholat, tetapi setelah membaca Al-Fatihah, tidak dapat mengingat satu surat pun. Sementara laki-laki zalim itu menunggu sambil terus berteriak. " Cepat selesaikan sholatnya." Tanpa sengaja pengantar barang itu membaca surat al-Naml ayat 62: 

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ "Siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam keadaan terjepit bila ia berada kepada doa kepada-Nya dan siapakah yang akan menghilangkan kesusahan kesusahan." 

Pengantar barang tersebut membaca berulang-ulang sambil menangis. Tiba-tiba muncullah seorang penunggang kuda bertopi besi gemerlapan. Ia datang dan menikam laki-laki zalim tadi sampai mati dan di tempat laki-laki zalim itu mati, keluarlah nyala api.  

Pengantar barang tadi langsung bersujud syukur kehadirat Allah SWT. Kemudian dia lari ke penunggang kuda tadi dan bertanya, "Siapakah engkau dan bagaimanakah engkau bisa datang kemari?” 

Dia (penunggang kuda) sudah menjawab, “Aku adalah hamba Allah yang ditugaskan untuk menolong siapa saja yang membaca ayat ini (An-Naml ayat 62). Kini engkau aman dan dapat pergi ke mana pun kamu suka.” Setelah berkata demikian penunggang kuda itu pun pergi. 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement