REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin mengatakan, pasar modal syariah Indonesia memiliki produk investasi yang lengkap. Terlebih, pasar modal syariah Indonesia saat ini telah mampu menghubungkan dengan berbagai instrumen pasar modal dengan dana sosial syariah.
"Seperti zakat saham, wakaf saham, dan wakaf tunai yang dikaitkan dengan cash wakaf linked sukuk (CWLS)," kata Kiai Ma'ruf saat menghadiri peresmian nama dan logo laru sekaligus Peluncuran Syariah Online Trading System (SOTS) PT BRI Danareksa Sekuritas secara daring, Senin (7/12).
Pemerintah terus mendorong pengembangan produk pasar modal syariah berbasis Socially Responsible Investment (SRI) dan peningkatan ragam produk investasi pasar modal syariah.
Pertumbuhan dari sisi jumlah investor juga terus mengalami peningkatan secara konsisten. Saat ini terdapat 81.413 investor saham syariah dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 63 persen pertahun terhitung sejak 2016. Dari jumlah tersebut, 26 persen di antaranya merupakan investor syariah aktif dengan rasio investor syariah terhadap total investor sebesar 5,7 persen.
Dari sisi nilai transaksi, terjadi peningkatan yang signifikan yakni meningkat dari semula hanya senilai Rp 920 miliar pada 2016 meningkat menjadi Rp 3.582 miliar pada Oktober 2020. Volume transaksi juga meningkat dari semula hanya 1.184 juta transaksi pada 2016 menjadi 10.706 juta transaksi pada Oktober 2020.
Demikian pula secara frekuensi, terjadi peningkatan dari semula hanya 151 ribu transaksi pada 2016 meningkat menjadi 1.280 transaksi pada Oktober 2020.
"Kontribusi pasar modal syariah juga telah merata di berbagai sektor perekonomian," kata Kiai Ma'ruf.
Sektor terbesar saham syariah adalah perdagangan, jasa dan investasi yang mencapai 28 persen. Disusul sektor properti, real estate dan konstruksi yang mencapai 16 persen; dan sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi sebesar 13 persen.
Peluang industri ekonomi dan keuangan syariah di Tanah Air saat ini berkembang cukup pesat, yang berdampak ke sektor global.
Dalam laporan The State of The Global Islamic Economy Report (SGIE Report) 2020/2021, peringkat Global Islamic Indicator Indonesia berhasil menduduki peringkat ke-4, naik kelas dari peringkat 5 pada 2019 atau naik tajam dari peringkat ke 10 di tahun 2018.
Prestasi lainnya yang cukup menggembirakan, menurut Global Islamic Finance Report (GIFR) 2020 Indonesia mencatat skor tertinggi ( 81,93), di tingkat global, di atas Inggris, Uni Emirat Arab, dan Malaysia.