REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Penyebaran virus corona jenis baru 2019 (Covid-19) di klaster pesantren tidak boleh membuat pemerintah tinggal diam. Klaster pesantren dinilai mulai menunjukkan peningkatan penyebaran sehingga dibutuhkan tindakan serius seperti tracing internal maupun eksternal di tiap pesantren.
Wakil Ketua Bidang Penguatan Tanggap Darurat dan Pemulihan Jaringan Persyarikatan Muhammadiyah Covid-19 Command Center (MCCC), Arif Jamali Muis, mengatakan penelusuran diperlukan guna mengetahui secara menyeluruh sejauh mana penyebaran terjadi. Tak hanya itu, pemerintah juga dinilai perlu untuk memfasilitasi pesantren melakukan tes swab.
“Saya rasa, tracing itu sangat dibutuhkan ya. Kemudian juga, pesantren ini harus dibantu atau difasilitasi tes swab-nya,” kata Arif saat dihubungi Republika, Sabtu (12/12).
Dia menjelaskan, persoalan penerapan protokol kesehatan telah lumrah ditaati setiap pesantren. Namun adanya mobilitas di kalangan pesantren seperti tenaga staf maupun guru-guru luar ke dalam pesantren menjadi permasalahan yang menyebabkan aktivitas penyebaran terjadi. Untuk itu dia menyebut, pemerintah harus ambil fokus dalam menangani klaster ini.
“Selanjutnya, dibutuhkan treatment itu tadi. Jika bergejala, maka segera lakukan treatment layanan kesehatan di pesantren atau rumah sakit setempat yang bekerja sama dengan pesantren,” ujarnya.
Langkah ini dinilai perlu dilakukan guna memutus penyebaran Covid-19 di klaster pesantren. Pihaknya juga menekankan, para santri yang sudah terlanjur masuk dan mengikuti aktivitas belajar-mengajar di pesantren tidak boleh dipulangkan tanpa mendapatkan perlakuan khusus seperti tracing dan juga tes swab. Alasannya untuk meminimalisasi dampak penyebaran para santri kepada komunitas keluarga maupun masyarakat.
Namun demikian jika tracing serta fasilitas tes swab telah dilakukan, kata dia, maka para santri yang hendak dipulangkan harus mendapat persetujuan atas kerja sama dari wali murid maupun pihak pesantren.