Selasa 22 Dec 2020 14:33 WIB

Kerja Sama Antariksa AS-China Dinilai tak Menguntungkan

Pihak-pihak anti-China sudah mengungkapkan bahayanya kerja sama dengan China

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
 Astronot NASA Mike Hopkins, Victor Glover, Shannon Walker, dan astronot Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) Soichi Noguchi, mengenakan pakaian antariksa SpaceX, duduk di kendaraan Tesla saat mereka bersiap untuk berangkat dari Neil A.Armstrong Operations and Checkout Building untuk Launch Complex 39A selama gladi resik Kamis, 12 November 2020, di Pusat Antariksa Kennedy NASA di Cape Canaveral, Florida, untuk peluncuran 14 November ke Stasiun Luar Angkasa Internasional
Foto: Joel Kowsky/NASA via AP
Astronot NASA Mike Hopkins, Victor Glover, Shannon Walker, dan astronot Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) Soichi Noguchi, mengenakan pakaian antariksa SpaceX, duduk di kendaraan Tesla saat mereka bersiap untuk berangkat dari Neil A.Armstrong Operations and Checkout Building untuk Launch Complex 39A selama gladi resik Kamis, 12 November 2020, di Pusat Antariksa Kennedy NASA di Cape Canaveral, Florida, untuk peluncuran 14 November ke Stasiun Luar Angkasa Internasional

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebagian mantan pejabat pemerintah Amerika Serikat (AS) menilai kerja sama China-AS di bidang antariksa saat ini tidak menguntungkan siapa pun selain meningkatkan hubungan antarkedua negara yang memburuk karena berbagai isu.

"Ada bagian yang hilang, dalam cara pikir filosofis, Anda bisa mengatakan kami dapat meraih gencatan atau menurunkan permusuhan, tapi itu tampaknya sesuatu yang berat untuk kerja sama yang relatif kecil," kata astronaut AS Michael López-Alegría kepada Político, Senin (21/12).

Baca Juga

Pihak-pihak anti-China itu sudah mengungkapkan bahayanya kerja sama dengan China. Mereka berpendapat, kerja sama meningkatkan potensi pencurian hak kekayaan intelektual AS.

Politisi anti-China memperingatkan, persepsi global terhadap Washington juga dapat rusak karena bekerja sama dengan negara otoriter yang mempersekusi pemimpin agama dan membangun senjata yang digunakan menghancurkan satelit-satelit Amerika.

Namun pendukung kerja sama bidang antariksa mengatakan, berbahaya apabila China terus dibiarkan jauh dari jangkauan. AS dapat kehilangan mitra dalam eksplorasi ruang angkasa.

Mantan astronaut dan penasihat perusahaan antariksa SpaceX, Garrett Reisman mengatakan, Stasiun Luar Angkasa Internasional yang saat ini beroperasi diperkirakan akan pensiun sebelum tahun 2030 kecuali jika perusahaan swasta itu berhasil meluncurkan stasiun luar angkasa.

Stasiun luar angkasa China yang rencananya diluncurkan tahun 2020 menjadi satu-satunya pilihan bagi Rusia, Eropa, dan Jepang apabila ingin menggelar penelitian di orbit rendah-Bumi. Negara-negara lain sudah menemukan alasan yang tepat untuk memilih bekerja sama dengan China.

Setiap kali ada pergantian pemerintahan, Washington menghadapi gelombang perdebatan anggaran. Banyak inisiatif yang ditunda dan program luar angkasa akan mengalami perubahan dramatis. Profesor Naval War College, Joan Johnson-Freese, mengatakan sejumlah sekutu membakar dana mereka dengan berinvestasi pada program-program AS yang akhirnya dibatalkan.

"China bekerja jauh lebih lambat. Namun ketika mereka sudah menetapkan gol mereka akan jalan terus. Jadi saya pikir negara lain menyukai gagasan berjalan dengan CHina yang konsisten," kata Freese.

Freese mengatakan, China juga membuat 'usaha' menawarkan kapabilitas pada program luar angkasa negara lain. Ia mencontohkan Beijing memiliki teleskop radio terbesar di dunia yang dapat digunakan untuk radio astronomi.

China juga menjadi negara pertama yang berhasil mendarat di bagian terjauh bulan. Negeri Tirai Bambu dapat menawarkan pada sekutu mereka data yang tidak bisa didapat dari tempat lain.

"Mereka memutuskan tidak mencoba bersaing dengan AS dengan menarik mitra menjauh dari kami, tapi justru menawarkan kesempatan yang berbeda dari kami," kata Freese.

Mantan deputi menteri luar negeri bidang kebijakan pertahanan dan antariksa pemerintahan Barack Obama, Frank Rose, mengatakan Beijing semakin sering menggunakan luar angkasa sebagai alat diplomasi. Terutama dengan negara-negara berkembang di Asia-Pasifik dan Afrika.

"Pemerintah harus mendorong kembali kerja sama luar angkasa dengan mitra di seluruh dunia. Jika tidak Cina pasti akan mengisi kekosongannya," kata peneliti Brookings Institution itu.

China mengatakan mereka akan berbagi data sampel bulan yang berhasil mereka bawa dengan negara lain. Namun pemerintah China mengatakan amandemen anggota House of Representative Frank Wolf mencegah mereka berbagi data dengan AS.

Pada tahun 2011 Wolf memasukan larangan kerja sama dengan China dalam amandemen undang-undang NASA. Dalam amandemen tersebut Wolf juga mencantumkan larangan pada Kantor Kebijakan Sains dan Teknologi Gedung Putih menyalurkan dana dalam kerja sama dengan China.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement