REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ujian sakit tidak hanya datang pada manusia biasa, namun juga pada para nabi. Salah satu nabi yang pernah mendapat ujian sakit tersebut ialah Nabi Musa AS.
Pada saat beliau sakit, Allah SWT memintanya untuk bertawakal atau berserah diri kepada Allah SWT. Namun, seperti apa tawakal yang dimaksud?
Dikisahkan, tatkala Nabi Musa tertimpa suatu penyakit, orang-orang Bani Israil menjenguknya. Saat mereka mengetahui jenis penyakit yang diderita Nabi Musa, mereka menyarankannya untuk meminum obat tertentu agar bisa sembuh.
Namun, saat itu Nabi Musa menjawab, "Saya tidak akan minum sampai Allah SWT menyembuhkan penyakit saya tanpa meminum obat." Seperti dikisahkan dalam buku berjudul "365 Kisah Teladan Islam" karya Ariany Syurfah, penyakit Nabi Musa tak kunjung sembuh lantaran enggan meminum obat.
Hingga kemudian, Allah menurunkan wahyu kepadanya. "Demi keagungan dan kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menyembuhkanmu sampai engkau mengobati dirimu sendiri dengan obat yang mereka sebutkan."
Kemudian, Nabi Musa berkata kepada orang-orang Bani Israil agar mengobatinya dengan obat yang mereka sebutkan. Lalu, mereka segera mengobatinya dan Nabi Musa pun sembuh.
Nabi Musa sempat protes dalam hatinya. Namun, Allah kemudian berfirman lagi. "Apakah dengan tawakalmu (penyerahan dirimu) itu engkau hendak menghancurkan kebijakan-Ku? Adakah selain-Ku yang mampu memberikan manfaat pada obat, tumbuh-tumbuhan, dan berbagai benda lainnya?" Dengan demikian, tawakal atau penyerahan diri kepada Allah SWT pun harus disertai dengan usaha yang nyata.
Sebab, Islam memerintahkan supaya tidak pernah melupakan kewajiban berikhtiar, karena Allah telah menyediakan obat untuk setiap penyakit.