REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Harga minyak menetap lebih tinggi pada akhir perdagangan Rabu (30/12), didukung oleh penarikan persediaan minyak mentah AS dan persetujuan Inggris untuk penggunaan vaksin virus corona kedua. Tetapi, kenaikan harga tertekan oleh pembengkakan pasokan secara tahun ke tahun.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari naik 25 sen menjadi menetap di 51,34 dolar AS per barel, setelah mencapai tertinggi sesi 51,56 dolar AS dan jauh lebih rendah dari harga 66 dolar AS ketika memulai perdagangan tahun ini. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari bertambah 40 sen menjadi ditutup pada 48,40 dolar AS per barel, secara substansial turun dari sekitar 62 dolar AS pada awal 2020.
Kedua kontrak tergelincir di awal sesi karena paket bantuan fiskal yang lebih besar di Amerika Serikat tampak semakin tidak mungkin, mengurangi harapan untuk pemulihan permintaan minyak yang lebih cepat yang telah terpukul oleh pandemi Covid-19.
Harga-harga reli setelah laporan Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan persediaan minyak mentah turun 6,1 juta barel dalam pekan terakhir menjadi 493,5 juta barel. Tetapi para pedagang mencatat bahwa persediaan minyak mentah AS masih mengakhiri tahun dengan lebih dari 10 persen lebih tinggi dari minggu terakhir 2019.
“Kami bahkan tidak bisa menurunkan tingkat penyimpanan dengan penarikan persediaan 6,1 juta yang menyedihkan tetapi kenyataan, dan itu menghilangkan angin dari layar untuk reli besar,” kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Di sisi pasokan, perusahaan energi AS minggu ini menambahkan tiga rig minyak dan gas alam ke kuartal terbaik untuk meningkatkan jumlah rig sejak kuartal kedua 2017, menurut data dari Baker Hughes.
Pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) 4 Januari dan sekutunya, termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC Plus, diatur untuk meningkatkan produksi sebesar 500.000 barel per hari (bph) pada Januari. Harga minyak menemukan beberapa dukungan pada Rabu dari dolar AS yang mencapai level terendahnya terhadap sekeranjang mata uang sejak 2018, membuat harga minyak lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.