Persentase orang yang merasa bisa mengatasi tekanan akibat pandemi turun dari 73 persen ke 62 persen. Pengidap gangguan kecemasan turun dari 62 persen menjadi hanya 45 persen.
Efek jangka panjang pandemi, banyak orang lebih rentan terhadap perasaan kesepian dan putus asa. Kabar baiknya, tingkat kecemasan cenderung turun dan orang-orang tidak lagi takut pandemi akan memengaruhi keuangan.
Salah satu penulis studi, Tine Van Bortel dari De Montfort University Leicester, mengungkap alasan parahnya tingkat kesepian. Pandemi telah menghilangkan sistem pendukung yang membantu kebanyakan orang melawan stres.
Banyak orang tidak bisa tetap terhubung dengan keluarga serta teman, tidak ada lagi pertemuan sosial, dan tak bisa leluasa merencanakan liburan. Selain menjaga kesehatan fisik, orang-orang masih harus menangani kesehatan mental.
Sementara pemerintah Inggris mengambil langkah-langkah untuk mengatasi dampak kesehatan, penulis studi mengatakan semua orang membutuhkan pendekatan jangka panjang yang berkelanjutan untuk mengelola semua tantangan ini.
"Solusi idealnya adalah mengatasi tantangan sosial dan ekonomi yang memengaruhi kesehatan mental, seperti pengangguran, kemiskinan, dan isolasi sosial pada lansia," ujar Tine Van Bortel, dikutip dari laman Reader's Digest.