REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank syariah tidak boleh kehilangan tujuan utamanya dalam melangsungkan bisnis. Yakni, membawa pemerataan atau keadilan pada masyarakat.
Sekretaris Jenderal PBNU, Helmy Faishal Zaini mengatakan tujuan utama dari pelaku industri ekonomi syariah, termasuk keuangan syariah adalah membawa pemerataan atau keadilan pada masyarakat. "Ini menjadi komitmen kita semua, bahwa ekonomi syariah harus membawa pada pemerataan, sesuai dengan ajaran Islam," kata Helmy dalam Webinar Rabu Hijrah, Rabu (27/1) malam.
Helmy menjelaskan, Islam memiliki konsep ekonomi yang tumbuh atas dasar pemerataan. Harta tidak boleh berputar diantara segelintir orang saja. Ia meyakini, pemerataan ekonomi masyarakat tersebut akan hadir melalui ekonomi syariah.
Ia mencontohkan kegiatan yang dilakukan oleh pesantren dengan unit ekonominya bisa membawa manfaat bagi sekitar. Lembaga keuangan syariah perlu melihat potret-potret tersebut di berbagai daerah.
"Ini tugas bank syariah untuk memaksimalkan potensi umat ke depan," kata dia,
Secara khusus ia meminta pada Bank Syariah Indonesia untuk melahirkan banyak kelas menengah baru. Saat ini, piramida ekonomi masyarakat masih didominasi oleh kelas bawah. Sementara kelas elit menempati pucuk tertinggi.
Ia berharap, keberadaan bank syariah bisa mengangkat ekonomi masyarakat bawah hingga ke level kelas menengah. Dengan demikian, bank syariah adalah jawaban atas tantangan bahwa umat Islam tidak ketinggalan melakukan pemberdayaan ekonomi ke depan.
Presiden Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi menyampaikan cita-cita BSI secara umum adalah menjadi Top 5 Bank Nasional dan Top 10 Bank Syariah Global. Dengan kapasitas yang lebih besar, BSI punya kemampuan untuk mengembangkan lebih banyak fokus bisnis dari segmen UMKM, Retail, dan Wholesale.
"Ini demi mendukung pengembangan ekosistem industri halal yang bermanfaat bagi umat," kata Hery.
Hery juga menegaskan BSI akan terus menjunjung komitmen bagi para pelaku UMKM. Secara konkret, BSI akan membangun sentra UMKM baik di kota-kota besar maupun kota kabupaten, melakukan penyaluran berbasis komunitas dan lingkungan masjid, serta penyaluran ke UMKM binaan Kementerian Koperasi dan UKM dan lembaga lainnya.
Per Desember 2020, ketiga bank membukukan aset Rp 239,56 triliun dengan Dana Pihak Ketiga sebesar Rp 209,98 triliun dan pembiayaan sebesar Rp 156,51 triliun. Modal inti tercatat Rp 22,61 triliun dan laba bersih sebesar Rp 2,19 triliun. Menurut proyeksinya, BSI akan mencapai posisi pembiayaan sebesar Rp 272 triliun dan Pendanaan Rp 336 triliun pada 2025.