Sabtu 13 Feb 2021 08:10 WIB

Dolar AS Menguat di Akhir Pekan

Dalam perdagangan sore, indeks dolar naik 0,1 persen setelah volume melemah di Asia.

Dolar sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Jumat (12/2), keluar dari level terkuat hari itu. Ekuitas AS pulih dari kerugian awal dan imbal hasil obligasi pemerintah memperpanjang kenaikannya.
Foto: ANTARA/Aprillio Akbar
Dolar sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Jumat (12/2), keluar dari level terkuat hari itu. Ekuitas AS pulih dari kerugian awal dan imbal hasil obligasi pemerintah memperpanjang kenaikannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dolar sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Jumat (12/2), keluar dari level terkuat hari itu. Ekuitas AS pulih dari kerugian awal dan imbal hasil obligasi pemerintah memperpanjang kenaikannya.

Investor juga mengkonsolidasikan keuntungan yang dibuat pada mata uang lain dengan mengorbankan dolar AS menjelang akhir pekan yang panjang di Amerika Serikat. Pasar keuangan tutup pada Senin (15/2) untuk Hari Presiden.

Baca Juga

Prospek dolar AS tetap lebih rendah, menurut Marshall Gittler, kepala penelitian investasi di BDSwiss Group. Dolar AS dianggap sebagai tempat berlindung yang paling aman dan cenderung turun ketika orang tidak mencari tempat berlindung yang aman. "Dengan pasar reli dan Fed AS bertahan tanpa batas waktu, saya perkirakan dolar digunakan secara luas sebagai mata uang pendanaan, mendorong nilainya turun," kata Gittler. 

Sementara itu, bitcoin jatuh 1,3 persen menjadi 47.356 dolar AS, setelah mencapai rekor tertinggi 49.000 dolar AS. Bitcoin membukukan keuntungan sekitar 20 persen dalam pekan tonggak bersejarah ditandai dukungan perusahaan besar seperti Tesla Elon Musk.

Mata uang kripto paling populer di dunia itu mencapai rekor tertinggi semalam setelah grup perbankan AS, Bank of New York Mellon mengatakan telah membentuk unit untuk membantu nasabah memegang, mentransfer, dan mengeluarkan aset digital.

Dalam perdagangan sore, indeks dolar naik 0,1 persen menjadi 90,494 setelah volume melemah di Asia karena Tahun Baru Imlek. Pada minggu ini, indeks melemah 0,6 persen, penurunan minggu pertama dalam tiga minggu dalam apa yang digambarkan analis ING sebagai suasana konsolidatif di tengah ketidakpastian tentang kecepatan pemulihan ekonomi AS.

Data klaim pengangguran mingguan AS yang lebih lemah dari perkiraan menambah kekhawatiran reli dolar sebelumnya telah memperkirakan rebound ekonomi yang terlalu cepat.

Dolar menguat 0,2 persen terhadap yen pada 104,97 yen. Greenback turun 0,4 persen pada minggu ini, kemerosotan paling tajam sejak pertengahan Desember.

Euro tergelincir 0,1 persen menjadi 1,2116 dolar, tetapi pada minggu ini, mata uang tunggal Eropa naik 0,5 persen. Pound Inggris naik 0,2 persen terhadap dolar menjadi 1,3848 dolar, meskipun data menunjukkan ekonomi Inggris mengalami rekor penurunan pada 2020, meskipun tumbuh pada kuartal terakhir.

Dolar Australia, proksi untuk selera risiko, menguat dari posisi terendah menjadi diperdagangkan datar pada 0,7753 dolar AS. Dolar Selandia Baru juga memangkas kerugiannya terhadap greenback.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement