REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu temuan Indonesia Water Institute (IWI) dalam kajian bertajuk Study of Clean Water Consumption Patterns during Covid-19 Pandemi menemukan kecenderungan masyarakat memanfaatkan air minum dalam kemasan (AMDK). Pada masa pandemi ini sebagai alternatif sumber air minum.
Menurut Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi mewanti-wanti agar konsumen melihat apakah AMDK yang akan dikonsumsi tersebut telah mencantumkan logo standar nasional Indonesia (SNI) atau belum.
“Kalau sudah ada SNI pasti amanlah, karena food grade-nya sudah terpenuhi,” ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (19/2).
Namun, jika kita ingin lebih aman dan peduli terhadap konsumen di Indonesia, penerapan label khusus Bebas BPA (BPA Free) menjadi suatu keharusan. Hal ini untuk melindungi konsumen dari zat yang berbahaya, apalagi toleransi setiap individu terhadap zat berbahaya juga berbeda-beda.
“Jadi penerapan label BPA Free sangat penting sekali untuk melindungi konsumen dari paparan zat yang berbahaya. Sebab efeknya bukan sekarang, tapi beberapa tahun ke depan baru terlihat,” ucapnya.
Sementara Founder and chairman IWI Firdaus Ali mengatakan adanya peningkatan konsumsi AMDK dan temuan terkait keberadaan mikro atau nano plastik dalam beberapa sampel AMDK, sehingga perlu juga dicermati aspek keamanan penggunaan kemasan plastik pada AMDK.
“Misalnya plastik jenis polycarbonat, di dalamnya terkandung Bisphenol A (BPA) yang berfungsi agar botol tidak mudah rusak ketika jatuh,” katanya.
Menurutnya keberadaan BPA dalam AMDK memunculkan kekhawatiran kalangan masyarakat di luar maupun di dalam negeri. Sebab kandungan BPA dalam kemasan plastik kerap dikaitkan dengan risiko gangguan kesehatan.