REPUBLIKA.CO.ID, JALALABAD -- Seorang dokter perempuan tewas terkena ledakan bom jalan di timur Kota Jalalabad, Afghanistan. Serangan ini terjadi satu hari setelah ISIS mengaku telah membunuh tiga perempuan yang bekerja di sebuah stasiun televisi di kota sama.
Pada Kamis (4/3) juru bicara gubernur Provinsi Nangarhar, Attahullah Khogyani mengatakan dokter itu tewas dalam perjalanan menuju tempat kerjanya. Ledakan ini juga melukai seorang anak.
Khogyani tidak menyebutkan nama dokter tersebut tapi mengatakan perempuan itu bekerja di bagian bersalin sebuah rumah sakit swasta. Belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan ini.
Beberapa bulan terakhir Afghanistan diguncang gelombang penembakan dan ledakan bom rakitan yang ditempel di kendaraan atau ditanam di pinggir jalan yang mengincar jurnalis, pekerja lembaga swadaya masyarakat dan pegawai pemerintah level menengah. Pemerintah Afghanistan dan asing menuduh Taliban di balik serangan ini.
Mereka mengatakan kelompok milisi bersenjata itu masih menggunakan taktik yang sama untuk menimbulkan perasaan mencekam. Tetapi menghindari korban jiwa masyarakat sipil skala besar. Taliban membantah terlibat dalam serangan-serangan tersebut.
Hingga kini Taliban dan pemerintah Afghanistan masih menggelar perundingan damai di Doha. Progres perundingan itu berjalan lambat sementara pemerintah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mempertimbangkan untuk meninjau perjanjian yang ditengahi Donald Trump tersebut.
Pada Rabu (3/3) kemarin tiga orang perempuan yang bekerja di sebuah stasiun televisi swasta di Jalalabad ditembak mati dalam perjalanan pulang. ISIS mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan para perempuan yang berusia antara 18 hingga 20 tahun itu.
Sudah lama Provinsi Nangarhar yang terletak di perbatasan antara Afghanistan dan Pakistan menjadi markas ISIS di Afghanistan. Para milisi bersenjata merencanakan dan melakukan pengeboman di seluruh Afghanistan di provinsi itu.