REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 mencatat kasus positif Covid-19 di Tanah Air mulai turun. Tercatat, kasus positif Covid-19 harian secara nasional kini sekitar 4.000-an. Padahal bulan lalu masih 7.000 hingga 8.000-an.
Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Brigjen TNI (Purnawirawan) Alexander K Ginting mengutip berdasarkan laporan yang pihaknya terima, kasus positif di Indonesia turun. "Yang juga jadi tolok ukur kami adalah jumlah kasus positif per hari sudah sekitar 4.000-an. Ini berbeda dengan bulan lalu dimana angka positif 7.000 sampai 8.000-an," ujarnya saat mengisi konferensi virtual BNPB bertema Update Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet: Perkembangan Pelaksanaan PPKM Mikro terhadap Penanganan Kesehatan, Senin (15/3).
Tak hanya itu, pihaknya juga mencatat keterisian tempat tidur (BOR) secara nasional kini sudah dibawah 40 persen di berbagai rumah sakit. Termasuk kamar ICU dan isolasi. Kondisi saat ini sudah tidak seperti dua bulan lalu.
Artinya, dia melanjutkan, beban di hilir rumah sakit mulai menurun. Ia mengutip teori rumah sakit bahwa untuk menurunkan beban di rumah sakit memang harus perbaiki di hulu yaitu komunitas, desa, RT/RW dan di rumah tangga.
Kendati demikian, pihaknya mengaku akan memonitor selama empat pekan mendatang dan menargetkan kasus positif bisa turun dibawah 4 ribu, kemudian melandai dan harus stabil. Pihaknya berharap kasus positif harus stabil karena kasus positif di tengah-tengah masyarakat masih cukup tinggi yaitu 130 ribuan, kemudian angka kematian secara nasional hampir 38 ribu. "Ini memang cukup tinggi di berbagai area," ujarnya.
Oleh karena itu, ia meminta semua pihak yang ada, baik di desa maupun kota tidak boleh hentikan protokol kesehatan 3M sekalipun sudah divaksin. Kemudian 3T harus bisa dilaksanakan terus menerus kendati kasus positif Covid-19 melandai. Oleh karena itu, dia menambahkan, pemerintah harus menyiapkan tim pelacakan kontak.
Ia menyebutkan Satgas Covid-19 nasional sejak November 2020 sudah menyiapkan lebih kurang 8 ribu pelacak. Alexander menambahkan, mereka telah dididik untuk jadi pelacak kontak dan berpendidikan minimal D3 dan mereka juga sudah mendapatkan pelatihan mengenal wilayahnya dan mereka ada di 10 provinsi.
"(Tracer) ini harus bekerja terus menerus dan harus berbahasa lokal agar tidak timbul stigmatisasi. Jadi, pelacakan kontak ini terus menerus harus dikerjakan untuk mengetahui pola penularan," ujarnya.