REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris mendorong negara anggota G7 untuk bersikap keras terhadap China atas praktik perdagangannya. Menurutnya, hal itu perlu dilakukan jika tak ingin kehilangan kendali atas sistem perdagangan internasional.
"Ini adalah waktu untuk bersikap keras terhadap China dan perilaku mereka dalam sistem perdagangan global," kata Menteri Perdagangan Inggris Liz Truss kepada Financial Times sebelum pertemuan G7 dengan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada Rabu (31/3).
Dalam pertemuan tersebut, Truss kembali mengutarakan pesannya. "Jika kita gagal bertindak, maka kita berisiko terpecah-pecahnya perdagangan global di bawah tirani yang terbesar, di mana para pemain besar merasa mereka harus menetapkan aturan," ujarnya.
Dia turut menyerukan perbaikan aturan WTO. "Kita perlu mereformasi sistem penyelesaian perselisihan, menghapus subsidi industri yang tidak adil dan memastikan semua pihak, besar atau kecil, mengikuti aturan serta transparan," kata Truss.
Inggris dan anggota WTO lainnya memang berpendapat bahwa China mendapat keuntungan dari pengecualian atas aturan yang dibuat beberapa dekade lalu serta tidak lagi mencerminkan statusnya sebagai negara adidaya ekonomi. Truss mengatakan WTO didirikan ketika China berukuran 10 persen ekonomi Amerika Serikat (AS).
"Sungguh menggelikan bahwa China masih menyebut dirinya sebagai negara berkembang, dan aturan itu perlu diubah," ujar Truss.
Sekutu G7 lainnya, termasuk Presiden AS Joe Biden, setuju tentang perlunya mereformasi WTO dan mengatasi pengaruh global China yang meningkat. Persoalannya adalah menemukan solusi yang disepakati semua pihak.