REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sebagian besar Muslim Amerika adalah orang-orang dari kawasan Timur Tengah dan Afrika Utara. Hampir 30 persen Muslim di AS adalah orang Asia, dan seperlimanya kulit hitam. Mereka mewakili banyak budaya, tradisi, dan masakan, yang semuanya mereka gabungkan ke dalam acara keagamaan.
Meski acara masjid mungkin sering menyajikan hummus dan roti pita, ini tidak mewakili orang yang datang untuk mengkonsumsinya. Hal itulah yang menjadi perhatian Nazima Qureshi, ahli gizi dan salah satu pendiri Muslim Sehat.
"Komunitas (agama) diciptakan oleh para pemangku kepentingan di masjid itu dan seringkali, sayangnya, basisnya sangat etnis, jadi Anda akan memiliki masjid yang dipimpin oleh Asia Selatan dan masjid Timur Tengah,” kata Qureshi Vox, dilansir dari VOX, Rabu (14/4).
Kepemimpinan tersebut memainkan peran besar dalam pengambilan keputusan dan cenderung mengeluarkan orang dari budaya yang memiliki populasi Muslim yang kurang terkonsentrasi, sesuatu yang menurut Qureshi harus diubah.
"Muslim berasal dari begitu banyak budaya yang berbeda. Jadi sebagai ahli gizi, saya mencoba menggabungkan banyak rasa yang berbeda untuk mencerminkan komunitas Muslim secara akurat."