REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Parlemen Turki pada Selasa (27/4) mengecam pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tentang klaim yang diberikan Armenia tentang peristiwa pada tahun 1915.
"Sebagai Parlemen Turki, kami dengan menyesal dan sangat mengutuk pernyataan Presiden AS Joe Biden dengan pernyataannya pada 24 April 2021 untuk mengadopsi klaim lobi Armenia soal Peristiwa 1915," kata deklarasi bersama oleh partai-partai politik Turki.
"Kami menolak keras fitnah tak berdasar ini, yang tidak memiliki arti selain distorsi sejarah dengan motif politik," ungkap mereka.
Parlemen meminta Biden untuk memperbaiki kesalahannya dengan mengubah pernyataannya tentang Peristiwa 1915.
"Kami menyerukan Biden untuk mendukung rakyat Turki dan Armenia untuk hidup dalam perdamaian, stabilitas dan keamanan," tambah pernyataan bersama itu.
Pada Sabtu, Biden menyebut Peristiwa 1915 sebagai "genosida", yang melanggar tradisi lama yang dipegang oleh presiden AS untuk tidak menggunakan istilah tersebut.
Sikap Turki soal Peristiwa 1915
Posisi Turki pada Peristiwa 1915 adalah bahwa kematian warga Armenia di Anatolia timur terjadi ketika sejumlah pihak berpihak pada invasi Rusia dan memberontak melawan pasukan Ottoman. Relokasi warga Armenia kemudian mengakibatkan banyak korban.
Turki keberatan dengan penyajian insiden ini sebagai "genosida," menggambarkannya sebagai tragedi di mana korban jiwa timbul di kedua belah pihak.
Ankara telah berulang kali mengusulkan pembentukan komisi bersama sejarawan dari Turki dan Armenia serta pakar internasional untuk menangani masalah tersebut.
Pada 2014, Erdogan menyampaikan belasungkawa kepada keturunan Armenia yang kehilangan nyawa dalam peristiwa 1915.