REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFL) telah bekerja dengan Lebanon dan Israel untuk memastikan stabilitas dan mengurangi ketegangan. Langkah ini diambil beberapa jam setelah tembakan lintas batas dari Lebanon.
"Kepala Misi UNIFIL tetap berhubungan dengan para pihak terkait untuk memastikan stabilitas di daerah tersebut dan mengurangi ketegangan yang ada," kata penjaga perdamaian dalam sebuah kicauan seperti dilansir dari Al Arabiya, Selasa (18/5).
Dia juga menegaskan kembali bahwa dua wilayah itu sekarang telah tenang, beberapa jam setelah roket ditembakkan dari Rashaya al-Foukhar di Lebanon. Pasukan Israel juga menembakkan peluru sebagai tanggapan.
"UNIFIL dalam koordinasi dengan Angkatan Bersenjata Lebanon meningkatkan kontrol keamanan di daerah itu dan telah meningkatkan patroli untuk mencegah insiden lebih lanjut yang membahayakan keselamatan penduduk lokal dan keamanan Lebanon selatan," tambah organisasi itu dalam utas Twitter-nya.
Enam peluru ditembakkan dari Lebanon menuju Israel Utara pada Senin malam tetapi gagal melintasi perbatasan. Sebagai tanggapan, artileri Israel ditembakkan ke "sumber peluncuran" di Lebanon.
Sumber keamanan Lebanon mengatakan, peluru terdengar ditembakkan dari Lebanon Selatan dan upaya sedang dilakukan untuk mengidentifikasi lokasi. Sumber itu mengatakan sekitar 22 peluru ditembakkan oleh artileri Israel di wilayah Lebanon.
Tidak ada laporan korban atau kerusakan, dan penembakan itu tampaknya tidak menandakan pembukaan front baru dalam pertempuran Israel dengan militan di Jalur Gaza.
Penembakan Lebanon menyebabkan sirene serangan udara Israel meraung di dekat Misgav Am, di sepanjang perbatasan utara Israel dengan Lebanon. Ini adalah insiden kedua kebakaran lintas batas dalam sepekan terakhir. Pada Kamis, tiga roket diluncurkan dari Lebanon menuju Israel utara tetapi mendarat di Laut Mediterania, tidak menyebabkan kerusakan atau korban jiwa.