Sabtu 22 May 2021 17:08 WIB

Positivity Rate Covid-19 di Indonesia Masih 12 Persen

Tingginya positivity rate bukti Covid-19 belum terkendali di Indonesia.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Indira Rezkisari
Pengemudi yang memakai masker untuk meredam penyebaran wabah virus corona. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat rasio kasus positif (positivity rate) Covid-19 di Indonesia antara 10-12 persen hingga Sabtu (22/5).
Foto: AP/Achmad Ibrahim
Pengemudi yang memakai masker untuk meredam penyebaran wabah virus corona. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat rasio kasus positif (positivity rate) Covid-19 di Indonesia antara 10-12 persen hingga Sabtu (22/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penularan Covid-19 masih terjadi di Tanah Air. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat rasio kasus positif (positivity rate) Covid-19 di Indonesia antara 10-12 persen hingga Sabtu (22/5).

"Positivity rate kini bervariasi antara 10 hingga 12 persen. Ini sebenarnya sudah lebih rendah dibandingkan tiga bulan lalu, tetapi ini masih jauh dibandingkan target kita di bawah 5 persen," kata Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi dalam sebuah diskusi bertema Varian Baru Covid-19, Sabtu (22/5).

Baca Juga

Ia mengklaim, meski positivity rate di Indonesia kini sudah baik, pihaknya belum mampu mengendalikannya. Di lain pihak, ia menjelaskan penularan Covid-19 terjadi di tubuh manusia sehingga untuk mengendalikan penularan virus diperlukan perubahan perilaku.

Menurut Sonny, masyarakat kini mulai kendor dalam menerapkan protokol kesehatan. Awalnya, Satgas mencatat kepatuhan dalam melakukan protokol kesehatan selama September, Oktober, hingga pertengahan November 2020 masih bagus karena terus meningkat. Tetapi setelah itu kepatuhan menerapkan protokol kesehatan turun hingga pekan ketiga Januari. Bahkan mencatat kepatuhan memakai masker sempat hanya di angka 30 hingga 40 persen.

Ia mengakui persentase kepatuhan masyarakat sangat rendah. Padahal, manusia tentu tak bisa mengontrol virus untuk menular hingga bermutasi.

"Dampaknya? Kita (Indonesia) mengalami lonjakan kasus di awal Februari sebagai dampak dari ketidakpatuhan masyarakat, ini ditambah dengan libur panjang dan mobilitas tinggi," ujarnya. Kemudian, dia melanjutkan, sejak pekan ketiga Januari lalu, Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro diterapkan, kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan naik. Efeknya, dia melanjutkan, kasus aktifnya turun, kasus harian juga turun hingga pertengahan April 2021 lalu.

Kendati demikian, ia mengakui ada pengumpulan massa dan peningkatan mobilitas penduduk. Padahal peningkatan mobilitas penduduk biasanya diikuti oleh penurunan kepatuhan protokol kesehatan. Ini mengkhawatirkan karena mobilitas yang semakin tinggi dan kepatuhan yang turun berpotensi meningkatkan risiko penularan Covid-19.

"Akibatnya per kemarin kasus aktif kita mulai naik lagi. Padahal, sebelumnya turun terus kemudian stagnan atau sedikit sekali naik, tetapi mulai kemarin kasus aktif kita bertambah lagi 610 dan menjadi 88.439 kasus," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement