REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Vaksin Covid-19 buatan dalam negeri Merah Putih yang dikembangkan oleh Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman masih dalam pengembangan. Saat ini vaksin Merah Putih masuk dalam proses transisi penelitian dan pengembangan (litbang) ke industri kemudian diuji klinik di akhir tahun ini, kemudian baru mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada Juni 2022.
Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio mengaku saat ini melakukan optimasi bibit vaksin agar bisa diproses di industri. Pihaknya menggunakan protein rekombinan, sel ragi, dan sel mamalia dalam mengembangkan vaksin ini.
"(Proses pengembangan) di laboratorium sudah 90 persen dan proses ini terus dilakukan. Kemudian kami harapkan, uji klinik di industri bisa dilakukan di akhir tahun ini," ujarnya saat dihubungi Republika, Jumat (28/5).
Kemudian, dia menambahkan, LBM Eijkman terus mendampingi ikut serta dalam selama uji klinik Vaksin Merah Putih karena tentu ada yang diuji di laboratorium lagi. Sehingga, dia melanjutkan, LBM Eijkman juga akan berpartisipasi turut serta selama proses uji klinik.
"Kemudian diharapkan EUA dari BPOM bisa diperoleh pertengahan tahun depan atau Juni 2022," ujarnya.
Terkait pengembangan vaksin Merah Putih dipercepat, Amin mengaku upaya ini sudah dilakukan. Ia menyebutkan ada beberapa step yang diakselerasi misalnya proses pengujian yang dilakukan di luar negeri tapi pihaknya mengupayakan bisa dilakukan di Indonesia, dan bisa menghemat waktu sekitar 3 bulan.
Ia menambahkan, kalau mengikuti prosedur biasa biasa, pengembangan vaksin ini baru selesai pada 2023 mendatang. Bahkan, dia melanjutkan, ketika situasi non-pandemi, tahap penelitian dan pengembangan vaksin saja bisa memakan waktu selama 5 tahun.
"Jadi, kami sudah melakukan berbagai upaya percepatan. Namun, jika ingin memastikan efikasi dan keamanan vaksin, maka proses itu harus dilalui," katanya.
Usai mendapatkan EUA, pihaknya berharap produksi vaksin Merah Putih nantinya bisa mencukupi setidaknya 50 persen dari kebutuhan vaksin Covid-19. Kendati demikian, dia melanjutkan, semua itu tergantung pada kapasitas produksi industri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Penghasil Vaksin Bio Farma yang membuat vaksin ini.
"Terkait target kapasitas produksi vaksin nantinya itu pihak industri. LBM Eijkman bidang penelitian dan pengembangan saja," katanya. Ia menambahkan, LBM Eijkman ikut memantau memastikan efektivitas vaksin dengan mengukur antibodi di laboratorium.