Senin 07 Jun 2021 17:03 WIB

Siswa Hadiri Sekolah Tatap Muka Minim, Bukti Ortu Masih Ragu

Di Bandung, uji coba pembelajaran tatap muka di SMAN 22 hanya dihadiri satu siswa.

Red: Andri Saubani
Akstivitas belajar mengajar saat simulasi pembelajaran tatap muka (PTM) secara terbatas pada masa pandemi Covid-19 di SDN 065 Cihampelas, Kota Bandung.
Foto:

Wakil Sekjen Pengurus Besar (PB) PGRI Jejen Musfah menilai, vaksinasi terhadap guru tidak bisa dijadikan syarat utama PTM. Karena itu, Jejen juga meminta kesiapan sekolah dan izin orang tua perlu dijadikan pertimbangan.

Ia menjelaskan, kesiapan sekolah di antaranya adanya fasilitas protokol kesehatan dan satuan tugas tingkat sekolah. Sementara itu, orang tua sebelum mengizinkan anaknya sekolah tatap muka harus mempertimbangkan antarjemput anak dan menyiapkan camilan dan makanan dari rumah, memakai masker, dan membawa penyanitasi tangan (hand sanitizer).

Yang tak kalah penting, dia menambahkan, memastikan transportasi aman dari dan ke sekolah. Terpisah, Ketua PB PGRI Didi Suprijadi menambahkan, petugas kesehatan dan petugas pendidikan adalah kelompok yang wajib didahulukan untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19.

"Sehingga, sebelum tahun ajaran baru, pemerintah daerah (Pemda) mempersiapkan diri dengan piloting proyek, bertahap dengan menggunakan kelas bergilir, kemudian dalam satu kelas berisi setengah dari total murid," ujarnya kepada Republika, Senin (7/6).

Di samping guru yang divaksin, ia meminta unsur masyarakat agar membantu pelaksanaan kegiatan belajar tatap muka. Sebab, dia menambahkan, unsur utama pelaksanaan tatap muka ada pada masyarakat. "Karena jumlah manusia di sekolah lebih banyak masyarakat dibanding gurunya," ujarnya.

Ia menjelaskan, jumlah guru hanya satu orang dalam kelas. Artinya lebih banyak murid yang berasal dari kelompok masyarakat. Sehingga, meski guru harus divaksin, ia menegaskan faktor kesiapan masyarakat juga penting."Untuk itu protokol kesehatan di masyarakat harus diperketat," katanya.

Direktur Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Sri Wahyuningsih juga mengatakan, aman tidaknya sekolah dari Covid-19 sebenarnya bergantung pada warga di dalamnya. Sekolah akan cenderung lebih aman jika warga di dalamnya patuh terhadap protokol kesehatan.

"Aman atau tidaknya sebetulnya kembali ke kita. Kesiapan sekolah dan masyarakat menyiapkan sekolah itu untuk menjadi aman untuk belajar di masa pandemi. Kalau kita selalu berpikir sekolah enggak aman dan kita tidak menyiapkan sekolah itu untuk aman maka enggak pernah aman," kata Sri, dalam diskusi daring Tatap Muka Demi Siswa, Sabtu (5/6).

Ia mengajak agar seluruh warga sekolah termasuk masyarakat untuk bersama bergerak menjaga keamanan kesehatan di sekolah. Suasana aman tersebut perlu ditimbulkan agar siapapun yang bertugas di dalam sekolah bisa merasa nyaman tanpa terlalu banyak khawatir.

Menurutnya, dukungan dari semua pihak, termasuk masyarakat untuk pelaksanaan pembelajaran tatap muka menjadi penting. Tentunya, ia menambahkan, pelaksanaan pembelajaran tatap muka ini wajib dilakukan dengan pengawasan yang optimal.

"Mari kita sama-sama mempersiapkan secara bersinergi supaya anak-anak kita tidak mengalami learning loss yang berkepanjangan. Solusinya adalah PTM," kata Sri menambahkan.

photo
Ilustrasi Sekolah Tatap Muka - (republika/mgrol100)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement