Kamis 10 Jun 2021 14:44 WIB

Perdagangan Narkoba di Asia Meluas di Tengah Pandemi Covid

Kamboja muncul sebagai sumber metamfetamin berskala besar.

Red: Dwi Murdaningsih
 Ilustrasi Penggerebekan Pabrik Sabu
Ilustrasi Penggerebekan Pabrik Sabu

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Perdagangan narkoba di Asia meluas di tengah pandemi. Pengedar narkoba di Asia Timur dan Asia Tenggara menemukan cara untuk menghindari pembatasan COVID-19.

PBB melaporkan Kamboja muncul sebagai sumber metamfetamin berskala besar. Perdagangan metamfetamin atau sabu, yang merupakan jenis narkoba paling populer di kedua kawasan itu, mengalami gangguan jangka pendek selama puncak pandemi. Namun, perdagangan sabu tetapi pulih ke tingkat yang lebih tinggi dari tahun sebelumnya, berdasarkan laporan Kantor PBB untuk Urusan Narkoba dan Kejahatan (UNODC).

Baca Juga

Pihak berwenang di Asia menyita rekor hampir 170 ton sabu tahun lalu, naik 19 persen dari 2019. "Sementara pandemi telah menyebabkan ekonomi global melambat, sindikat kriminal yang mendominasi kawasan dengan cepat beradaptasi dan memanfaatkannya," kata Perwakilan Regional UNODC untuk Asia Tenggara dan Pasifik, Jeremy Douglas.

Dalam upaya untuk menghindari pembatasan COVID-19, kelompok kejahatan semakin banyak mengangkut narkoba melalui Laos ke Thailand dan Vietnam. Laos merupakan negara kecil berkembang dengan penegakan hukum yang buruk.