REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kelompok masyarakat sipil mencatat pasukan junta menewaskan 883 orang sejak kudeta militer di Myanmar.
Berdasarkan data Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP), Senin dini hari (28/6), ada penambahan dua korban asal Sagaing yang tewas pada Sabtu dan didokumentasikan Ahad. Data AAPP menunjukkan 5.183 orang masih berada dalam tahanan hingga 27 Juni, dengan 221 orang di antaranya dijatuhi hukuman.
AAPP melaporkan pasukan junta menangkap warga sipil bernama Zaw Htet dan ayahnya di Kotapraja Kale, Sagaing, pada 25 Juni. Keesokan harinya, Sabtu, keluarga Zaw Htet diberitahu bahwa dia meninggal karena Covid-19. Namun, menurut temannya, Zaw Htet dalam keadaan sehat dan tewas karena disiksa.
AAPP sekaligus mengungkapkan seorang insinyur dan anaknya, San Lwin dan Linn Latt Aung, ditangkap serta dipukuli karena informasi palsu bahwa mereka membawa bahan peledak, 25 Juni.
Menurut AAPP, pasukan juta juga menangkap Saw Pyae Chan Thar, seorang reporter dari Sagaing City pada Sabtu malam. Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi.
Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.