REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebentar lagi Singapura akan menjadi negara pertama di Asia yang sepenuhnya memvaksinasi mayoritas penduduknya terhadap Covid-19. Secara teori, negara kota ini menjadi selangkah lebih dekat untuk keluar dari pandemi.
Pemerintah yang dulunya berusaha keras untuk melacak setiap kasus dan menahan penularan kini menyusun peta jalan untuk hidup bersama virus. Singapura sekarang tidak lagi berfokus pada kekebalan kelompok karena para pejabat kesehatan negara itu mengatakan Covid-19 tidak mungkin hilang. Mereka menilai penyakit itu dapat dikelola sebagai penyakit endemik yang tidak terlalu mengancam seperti influenza.
Dilansir Nikkei Asia pada Senin (12/7), disebutkan untuk seluruh Asia negara-kota itu akan menjadi tempat uji coba untuk pendekatan ini. Mulai Senin (12/7), dengan infeksi komunitas baru secara konsisten dalam satu digit, Singapura melonggarkan beberapa langkah keamanan domestik. Misalnya, kelompok lima orang akan diizinkan untuk makan di restoran untuk pertama kalinya dalam hampir dua bulan, bukan hanya berpasangan.
Protokol kesehatan lainnya akan tetap berlaku, dari masker wajib hingga check-in dengan aplikasi pelacakan di tempat-tempat umum. Pemerintah Singapura telah mempertimbangkan strategi keluar bersama dengan peningkatan signifikan dalam tingkat vaksinasi. Pada Sabtu (10/7), sekitar 69 persen dari 5,7 juta penduduk Singapura telah menerima setidaknya satu dari dua suntikan yang diperlukan.
Menurut Kementerian Kesehatan Singapura, jumlah ini lebih dari dua kali lipat angka dua bulan sebelumnya. Rasio individu yang telah menerima kedua dosis mencapai 40 persen.
"Kami memperkirakan 50 persen dari populasi kami telah menerima dua dosis vaksin sekitar minggu 26 Juli," kata Menteri Kesehatan Ong Ye Kung. Ia menambahkan bahwa Singapura tidak lagi dibatasi oleh pasokan vaksin.
Pemerintah memperkirakan dua pertiga dari populasi akan mendapatkan dua dosis vaksin pada awal bulan depan, tepat di sekitar hari didirikannya Singapura yakni 9 Agustus.
Dibandingkan dengan negara-negara Asia lainnya, Singapura dengan cepat mengejar negara-negara di Barat yang telah mencapai tingkat vaksinasi yang tinggi, termasuk AS sebesar 47 persen dan Jerman sebesar 42 persen. Israel adalah yang pertama melewati batas 60 persen vaksinasi penduduknya.
Kepala satuan tugas COVID-19 Singapura, Lawrence Wong, mengatakan sudah ada indikator dan tanda-tanda dari negara-negara dengan tingkat vaksinasi yang sangat tinggi bahwa sangat mungkin membuat Covid-19 lebih seperti influenza dalam hal morbiditas dan mortalitas, asalkan memiliki cakupan vaksin yang tinggi.
"Jadi, inilah mengapa kami berpikir bahwa mungkin saja kami dapat masuk ke dalam skenario 'endemik Covid' di mana Sars-CoV-2 diperlakukan lebih seperti influenza, dan kami akan dapat melanjutkan hidup kami secara normal," kata Wong.
Meskipun belum mengumumkan rinciannya, tetapi pejabat pemerintah Singapura telah menjelaskan beberapa hal yang akan dijalankan dalam pefa jalan 'hidup normal dengan Covid'. Misalnya, orang yang terinfeksi dapat pulih di rumah dan dapat memeriksakan diri secara teratur menggunakan tes yang cepat dan mudah.
Selain itu lebih banyak aturan keselamatan dapat dilonggarkan. Orang-orang dapat melakukan perjalanan ke negara-negara yang kurang berisiko dengan sertifikat vaksin yang diakui bersama.
Beberapa hal ini sudah ada yang dilakukan. Warga dapat menemukan alat tes mandiri Covid-19 di apotek. Temasek Foundation, sebuah organisasi nirlaba di bawah dana milik negara Temasek Holdings, juga mulai mendistribusikan satu oksimeter ujung jari, gratis per rumah tangga.
Perangkat kecil ini digunakan untuk memeriksa kadar oksigen darah. Penurunan kadar oksigen bisa menjadi tanda Covid-19. Oksimeter juga kini sudah tersedia di apotek.