REPUBLIKA.CO.ID, YANGON -- Kelompok masyarakat sipil mengumumkan terdapat 922 korban tewas selama kudeta militer di Myanmar yang telah memasuki hari ke-170.
Berdasarkan laporan Asosiasi Pendamping untuk Tahanan Politik (AAPP), Rabu dini hari (21/7), korban tewas bertambah tiga orang asal Yangon dan Bago. AAPP mengungkapkan dua politisi Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), partai pemenang pemilu pada 2020, meninggal setelah terpapar Covid-19 saat ditahan di Penjara Insein.
Sekretaris NLD Nyan Win dipindahkan ke Rumah Sakit Umum Yangon setelah kondisinya memburuk karena tidak mendapatkan perawatan medis yang memadai di penjara, dan kemudian tewas di rumah sakit pada 20 Juli. Begitu pula dengan Win Kyaing, anggota eksekutif NLD dari Kotapraja Hlaing Tharyar Barat, Yangon, meninggal pada 20 Juli setelah terpapar Covid-19 di penjara.
AAPP sekaligus melaporkan Wakil Ketua NLD Kotapraja Kyaukdaga, Bago, Aye Hla tewas di Penjara Daik-u (Kyaik Za Kaw) pada 19 Juli karena luka-luka yang konsisten dengan penyiksaan saat diinterogasi. Pasukan junta menangkap Aye Hla pada 16 Juni karena tidak dapat menemukan anaknya bernama Linn Linn Kyaw yang merupakan anggota parlemen di Bago.
Aye Hla dituduh memberikan pelatihan untuk Angkatan Pertahanan Rakyat (PDF) dan diduga memiliki senjata. Adapun PDF dibentuk pemerintah pro-demokrasi untuk melawan rezim kudeta.
Hingga 20 Juli, AAPP mencatat 5.315 orang masih ditahan di mana 255 di antaranya dijatuhi hukuman. Myanmar diguncang kudeta militer pada 1 Februari dengan menggulingkan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi. Militer berdalih pemilu yang mengantarkan Suu Kyi terpilih dengan suara terbanyak penuh kecurangan.