REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA – Pemerintah Kanada mengadakan konferensi tingkat tinggi (KTT) untuk mengurangi kejahatan dan kekerasan terhadap komunitas Muslim pada Kamis (22/7). Pertemuan tersebut digelar setelah beberapa serangan Islamofobia.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan warga Kanada harus berjuang demi mewujudkan keragaman masyarakat. “Itu adalah janji negara kita dan kita harus bekerja sama untuk mewujudkannya. Karena sekarang sudah banyak orang yang mengingkari janji itu,” kata Trudeau.
Juni lalu, serangan Islamofobia menewaskan empat anggota keluarga Muslim dan seorang anak laki-laki yang menderita luka parah. Insiden tersebut dilakukan oleh pemuda dengan truknya di London, Ontario.
Kejadian itu merupakan pukulan nyata bagi komunitas Muslim dan seluruh warga Kanada. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk mengambil langkah darurat dan mengadakan KTT. Dewan Nasional Muslim Kanada (NCCM) mengatakan Kanada memiliki sejarah serangan kebencian secara frontal terhadap Muslim.
“Kenyataannya adalah Kanada telah mengalami lebih banyak pembunuhan massal yang dimotivasi oleh Islamofobia dalam lima tahun terakhir daripada negara lain di G7. Ini tidak bisa dibiarkan terus terjadi,” kata Kepala NCCM Mustafa Farooq pada konferensi pers beberapa hari sebelum KTT.
Di KTT, Farooq mengusulkan adanya rencana aksi yang perlu dilakukan segera. Meskipun ragu, komunitas Muslim Kanada tetap berharap akan ada perubahan setelah berlangsungnya KTT.
Setelah pembunuhan di London, NCCM dan Masjid London menyusun daftar 61 rekomendasi yang jika diikuti dapat meredakan sebagian kebencian. Di antaranya adalah perubahan KUHP untuk lebih menekankan pada penyerangan yang didorong oleh kebencian, pembentukan dana nasional untuk korban Islamofobia, dan berfokus untuk menangani kelompok supremasi kulit putih.
Usulan tersebut juga termasuk pembentukan rencana aksi anti-Islamofobia sebelum akhir tahun yang mencakup penanganan Islamofobia di ruang kelas, peraturan kota untuk menangani pelecehan, dan kampanye anti-rasisme di sekolah.
Dilansir Daily Sabah pada Sabtu (24/7), serangan di London merupakan salah satu dari rangkaian serangan panjang yang terjadi pada Muslim Kanada. Baru-baru ini ibu dan anak perempuan yang mengenakan jilbab diserang di Provinsi Alberta. September tahun lalu, tersangka menikam dan membunuh seorang sukarelawan di sebuah masjid di Toronto.
Pada Januari 2017, seorang pria bersenjata menyerbu sebuah masjid Kota Quebec. Insiden tersebut menewaskan enam orang yang sedang beribadah dan melukai 19 lainnya. Pada akhir KTT, Menteri Keamanan Publik Bill Blair mengatakan pemerintah berencana untuk menghabiskan enam juta dolar Amerika pada 150 inisiatif untuk membantu menghentikan kejahatan kebencian di komunitas yang berisiko.