REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Enam anggota keluarga dari tiga terduga terorisme kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) bersedia memberikan sampel DNA (deoxyribonucleic acid). Kepala Satuan Tugas (Kasatgas) Humas Madago Raya, Komisari Besar (Kombes) Didik Supranoto mengatakan, sampel DNA keluarga tersebut, untuk memastikan identitas tiga anggota MIT yang ditembak mati dalam operasi beberapa pekan lalu di Poso, Sulawesi Tengah (Sulteng).
Kata Didik, dari daftar anggota keluarga tersebut, satu orang berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT), dan dua orang dari Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). Dari Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Palu masing-masing satu orang, dan Poso, satu orang. “Pengambilan sampel DNA dilakukan tim DVI (Disaster Victim Investigation), Polda setempat (domisili keluarga), dan dibantu Densus 88 Anti-teror,” ujar Didik, dalam rilis resmi Madago Raya, yang diterima wartawan di Jakarta, Senin (26/7).
Didik menerangkan, dari sampel DNA yang terkumpulkan tersebut, selanjutnya bakal dikirim ke Laboratorium Pusdokke Mabes Polri, di Cipinang, Jakarta. Hasil dari laboratorium, kata Didik, nantinya untuk menentukan identitias pasti dari para jenazah yang sudah ditembak mati dalam serbuan beberapa pekan lalu.
“Hasilnya, kita tunggu bersama. Diharapkan kepada masyarakat, untuk tidak berspekulasi terhadap identitas tiga jenazah ini,” ujar Didik.
Pekan lalu, operasi gabungan antara Polri, dan Tentara Nasional Indonesia (TNI), melakukan penyisiran, dan pengejaran terhadap sembilan anggota MIT yang dicap teroris, dan masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Hasil operasi 11 Juli lalu, menembak mati dua anggota MIT di Pegunungan Batu Tiga, Torue. Pada operasi lanjutan di Pegunungan Dusu Buana Sari, Parigi Moutong, tim gabungan Madago Raya, menembak mati satu orang.
Dalam operasi yang pertama, Wakil Komandan Satuan Gabungan Khusus (Wadansatgassus) TNI Tri Cakti, Letnan Kolonel Inf, Romel Wardhana menyebutkan dua anggota MIT yang tewas tersebut, diduga bernama Rukli, dan Ahmad Panjang. Sementara dari operasi kedua, rilis resmi kepolisian yang disampaikan Wakil Kepala Humas Satgas Madago Raya, AKBP Bronto Budiono menyebutkan satu yang ditembak mati, diduga berinisial B, alias AA, alias A.
Pada Maret 2021 lalu, atgas Madago Raya menerbitkan total sembilan orang anggota MIT yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Sembilan orang tersebut, yakni; Ali Ahmad alias Ali Kalora, Qatar alias Farel alias Anas, Askar alias Haid alias Pak Guru. Yang lainnya, Abu Alim alias Ambon, Nae alias Galuh alias Mukhlas, Jaka Ramadhan alias Krima alias Rama. Rukli. Suhardian alias Hasan Pranata, dan Ahmad Gazali alias Ahmad Panjang.
Dari tiga yang dipastikan ditembak mati dalam operasi gabungan, kini tersisa enam anggota MIT yang masih terus dalam perburuan. Termasuk pemimpin MIT, Ali Kalora. Satgas Madago Raya, pekan lalu mengingatkan, agar sisa enam anggota MIT yang DPO tersebut, untuk segera menyerahkan diri. Polri, maupun TNI memastikan, penegakan hukum terhadap sisa anggota MIT tersebut tetap akan dilakukan.