Kamis 29 Jul 2021 16:47 WIB

Penurunan Antibodi Pascavaksinasi, Haruskah Khawatir?

Vaksin Covid-19 apapun akan menurun efikasinya seiring waktu.

Petugas menyiapkan vaksin Sinovac saat vaksinasi untuk 3.500 karyawan Daese Garment dan warga Kelurahan Kebonwaru bekerjasama dengan Kecamatan Batununggal, Polsek Batununggal dan Puskesmas Ibrahim Adjie di pabrik Daese Garment Jalan Ibrahim Adjie, Kota Bandung, Kamis (29/7). Vaksinasi terus digenjot sebagai upaya mempercepat kekebalan kelompok dan melindungi dari gejala berat serta kematian.
Foto: Edi Yusuf/Republika
Petugas menyiapkan vaksin Sinovac saat vaksinasi untuk 3.500 karyawan Daese Garment dan warga Kelurahan Kebonwaru bekerjasama dengan Kecamatan Batununggal, Polsek Batununggal dan Puskesmas Ibrahim Adjie di pabrik Daese Garment Jalan Ibrahim Adjie, Kota Bandung, Kamis (29/7). Vaksinasi terus digenjot sebagai upaya mempercepat kekebalan kelompok dan melindungi dari gejala berat serta kematian.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Rr Laeny Sulistyawati, Kiki Sakinah, Antara

Menurunnya antibodi tubuh enam bulan setelah vaksinasi Covid-19 dosis lengkap berlalu menimbulkan pertanyaan publik. Tanpa adanya program vaksin dosis ketiga, masyarakat bertanya apakah mereka jadi rentan terinfeksi karena tak lagi memiliki antibodi.

Baca Juga

Vaksinolog, Dirga Sakti Rambe, mengatakan antibodi pascavaksinasi akan menurun seiring berjalannya waktu. Tapi, vaksinasi tidak hanya bekerja seperti itu.

Dirga mengatakan, tubuh yang sudah divaksinasi memiliki sel memori yang masih mengenali virus. Seandainya terpapar virus ini, sel masih mengenalnya dan kekebalan tubuh bisa meningkat.

"Kemarin ada berita menyebutkan bahwa antibodi pascavaksinasi Covid-19 akan turun setelah enam bulan. Memang saat orang pertama kali divaksinasi, antibodinya akan naik, kemudian seiring dengan berjalannya waktu akan turun," ujarnya saat bicara vaksin Covid-19 secara virtual, Kamis (29/7).

Menurutnya, penurunan imunitas ini terjadi pada semua orang yang telah divaksin Covid-19. Jika ternyata setelah vaksinasi Covid-19, orang yang telah divaksin terpapar virus ini maka antibodi di tubuhnya akan segera naik.

Dirga meminta masyarakat supaya berhati-hati membaca berita yang menyebutkan bahwa antibodi pascavaksinasi enam bulan turun. Berita ini membuat seakan-akan setelah enam bulan, tubuh tidak memiliki proteksi terhadap virus.

"Itu salah, vaksin apapun secara ilmiah seiring dengan waktu akan turun antibodinya. Tetapi karena di tubuh kita ada sel pengingat atau memori, kemudian kalau sampai orang yang divaksin terpapar virus maka segera dikenali oleh sel ini dan terjadilah lonjakan antibodi," katanya.

Jadi, ia menegaskan, proteksi vaksin Covid-19 tetap ada dalam tubuh meski kadar antibodi menurun seiring dengan berjalannya waktu. Namun, sel pengingat masih bisa mengenali virus ini. Dokter spesialis penyakit dalam tersebut membantah kabar setelah enam bulan vaksin Covid-19, tak ada perlindungan melawan Covid-19 sehingga wajib melakukan vaksin booster.

"Tidak begitu," katanya.

Dia juga menegaskan bahwa fokus memperluas cakupan vaksinasi Covid-19 lebih penting dibandingkan memberikan suntikan dosis ketiga vaksin. Alasannya Indonesia belum mencapai target untuk memvaksinasi 208 juta penduduknya.

Dirga juga mengajak masyarakat tidak menunda vaksinasi demi mendapatkan merek vaksin tertentu. Ia menegaskan, semua merek vaksin Covid-19 sama efektif cegah gejala berat hingga kematian.

"Apapun merek vaksin Covid-19 nya, semua efektif mencegah Covid-19 yang berat, termasuk kematian akibat Covid-19," ujarnya.

Vaksin bekerja membentuk antibodi melawan virus. Artinya saat terinfeksi tubuh sudah memiliki pelindung untuk membantu mencegah penderita mengalami gejala berat.

Harapannya, mereka yang sudah divaksinasi tidak sampai masuk ruang ICU, menggunakan ventilator, hingga meninggal dunia karena Covid-19. Menurut Dirga, orang yang terinfeksi Covid-19 dan sudah divaksinasi ternyata mayoritas mengalami gejala yang ringan dan infeksi di paru tidak terlalu parah.

Sementara orang yang belum divaksin kemudian terpapar Covid-19, infeksi virus di paru-parunya begitu luas. "Laporan seperti ini sudah banyak, baik di Indonesia maupun di negara-negara lain. Oleh karena itu, inlah pentingnya vaksinasi, karena kalau belum divaksin tidak punya antibodi atau kekebalan tubuh)," ujarnya.

Ia menjelaskan, tujuan vaksinasi adalah seluas-luasnya dan secepat-cepatnya. Secara teori, Dirga melanjutkan, kalau semakin banyak yang divaksin maka yang sehat semakin banyak. Kemudian yang sakit semakin sedikit dan diharapkan ekonomi semakin membaik.

Meski belum mewakili seluruh Indonesia, data Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, mencatat 94 persen kasus kematian Covid-19 terjadi pada pasien yang belum divaksin. "Ini adalah data di RSDC Wisma Atlet periode Mei hingga Juli 2021. Itupun data milik RS tersebut, bukan data overall, jadi masih parsial," kata Ketua Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Nasional, Brigjen TNI (Purn) Alexander Ginting saat dihubungi Republika, Selasa (27/7).

Ia menambahkan, data kematian tersebut bisa jadi gambaran Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), bukan gambaran nasional. Sehingga, dia melanjutkan, untuk data yang mewakili seluruh wilayah Indonesia tentu masih perlu penelitian lebih lanjut.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Hariadi Wibisono, mengatakan vaksin Covid-19 memang mencegah perburukan kondisi hingga kematian asalkan kekebalannya masih optimal. Yang perlu dipahami, dia melanjutkan, imunitas seseorang setelah mendapatkan vaksinasi bisa mengalami penurunan.

Ia menjelaskan, penurunan kekebalan tubuh ini berbeda-beda, sejalan dengan tingkat imun setiap orang yang juga tak sama. Ia namun tetap mendesak masyarakat segera divaksin karena vaksinasi ternyata efektif mencegah penularan virus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement