REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Sambil menunggu antrean vaksin Covid-19 yang didistribusikan militer, seorang warga Tunisia Zubeir Bin Ammar mengungkapkan keraguannya pada militer dan Presiden Kais Saied. Ia tidak yakin mereka akan berhasil setelah pemerintah yang mereka singkirkan gagal.
"Semoga Allah memberkati tentara dan presiden, saya berharap mereka membiarkannya berkuasa karena kami hidup di negara yang dikuasai mafia," kata Bin Ammar, seperti dikutip Middle East Monitor, Senin (2/8).
Laki-laki yang berprofesi sebagai guru itu tidak menilai tindakan Saied pada 25 Juli lalu adalah kudeta dan ancaman terhadap demokrasi Tunisia yang masih muda. Seperti yang diungkapkan para oposisinya.
"Ia mengikuti rakyat di jalan bukan partai politik," kata Bin Ammar yang sudah berkeluarga dan tinggal di Jendouba, 150 kilometer dari ibu kota Tunis.
Masyarakat Tunisia marah atas kegagalan pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19. Demonstrasi besar-besaran mendorong Saied memecat Perdana Menteri Hichem Mechichi dan menangguhkan parlemen.
Militer mendukung langkah tersebut. Didorong kelesuan ekonomi yang mendalam lalu ditambah pandemi Covid-19, rakyat Tunisia turun ke jalan untuk menentang pemerintah dan partai politik di parlemen termasuk partai Islam yang berkuasa, Ennahda.
Sejauh ini baru 940 ribu dari 11,6 juta rakyat Tunisia yang sudah menerima dua dosis vaksin Covid-19. Tunisia melaporkan 18 ribu kasus kematian akibat virus korona dan lebih dari setengah juta kasus infeksi.