REPUBLIKA.CO.ID, DALLAS -- Seorang pengungsi Rohingya, Imam Mufti Mohammad Ismail mengatakan dia tidak tahu apa arti kebebasan sampai ia menemukan keamanan di Amerika Serikat. Sejak usia muda, sebagai seorang Rohingya yang tinggal di Myanmar ia selalu merasakan penindasan.
Menurutnya, kebebasan berarti memimpin sebuah masjid yang merupakan jantung dari komunitas sekitar 300 keluarga Rohingya di timur laut Dallas. Sekarang, ia bebas dari ketakutan akan teror anti-Muslim yang dihadapi Rohingya di Myanmar.
"Saya merasa sangat senang ketika saya melihat orang-orang yang datang ke sini, dan melihat mereka berhasil keluar dari situasi mereka saat ini," kata Ismail, dilansir di Dallas News, Senin (2/8).
Ketika datang ke Amerika Serikat pada 2013, para pengungsi Rohingya menghadiri sholat di masjid lain di dekatnya. Namun, karena perbedaan budaya dan tantangan lain, termasuk transportasi yang terbatas, Ismail dan pemimpin lainnya ingin membangun tempat berkumpul baru bagi keluarga Rohingya.