Sementara itu, ratusan orang tua menghadapi kesulitan yang sama, melakukan segala yang mereka bisa untuk mengumpulkan uang tebusan sendiri atau mengambil risiko tidak akan pernah melihat anak-anak mereka lagi.
“Kami memohon kepada pemerintah untuk membantu,” kata Aminu Salisu, yang putranya berusia delapan tahun saat dibawa dalam penggerebekan siang hari yang sama di sekolah Islam Salihu Tanko Tegina pada Mei bersama lebih dari 130 siswa.
Salisu mengosongkan tabungannya sendiri dan menjual semua yang ada di tokonya untuk meningkatkan kontribusinya. Pemilik sekolah menjual setengah halaman. Bersama-sama, dengan bantuan teman, kerabat, dan orang asing, orang-orang Tegina mengatakan mereka mengumpulkan Rp 1 miliar. Tapi, itu masih belum cukup untuk para bandit.
Penculik disebut mengumpulkan lebih dari Rp 259 miliar uang tebusan dari Juni 2011 hingga Maret 2020 di Nigeria, menurut perkiraan analis SBM Intelligence yang berbasis di Lagos.
Seorang analis di Unit Kebijakan Ekstremisme dari Tony Blair Institute for Global Change Bulama Bukarti mengatakan banjir uang tunai itu membawa kasus penculikan baru. Dia memperkirakan saat ini ada sekitar 30 ribu bandit yang beroperasi di barat laut.