REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra mengatakan, kondisi geografi dan demografi di Indonesia berpotensi memengaruhi penanganan kasus Covid-19. Dua kondisi itu bisa membuat Covid-19 bertahan lama di Indonesia.
Hermawan mengatakan, dengan situasi Covid-19 saat ini di Indonesia, kasusnya masih termasuk cukup tinggi. Padahal, sebagian besar wilayah di Pulau Jawa relatif menurun kasusnya.
"Tetapi secara global, banyak negara yang sudah melewati puncak pandemi dan kasusnya sudah relatif terkendali," kata Hermawan yang dikonfirmasi Antara melalui sambungan telepon di Jakarta, Kamis.
Hermawan mengatakan, penetapan status pandemi merupakan kewenangan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ssuatu waktu, WHO bisa saja mencabut status dari global pandemi.
Nantinya, menurut Hermawan, tiap negara akan berpotensi mengalami endemi. Kasus Covid-19 bisa jadi bertahan cukup lama di suatu negara, namun sudah dapat dimitigasi dengan baik risikonya.
"Tetapi bisa jadi juga di beberapa negara akan ada kasus yang tetap tinggi, walaupun WHO sudah mencabut status pandemi," katanya.
Hermawan menyebut, Indonesia berpotensi menjadi negara dengan kasus endemi Covid-19 yang relatif tinggi (hyperendemic). Kemungkinan itu dipengaruhi situasi geografi dan demografi.
Menurut Hermawan, pengendalian pandemi di berbagai wilayah di Nusantara, seperti Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku dan Papua, masih berbeda-beda. Perbedaan geografi dan demografi wilayah menyebabkan tingkat pengendalian akan berbeda-beda.
"Boleh jadi akan ada terus virus ini dan potensial pandemi, bahkan menjadi hyperendemi," katanya.