REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Masyarakat diimbau untuk tidak berpuas diri terhadap capaian angka vaksinasi Covid-19. Merasa puas bukan sikap yang tepat di tengah penurunan efektivitas vaksin Covid-19 pada varian tertentu.
"Dinamika varian virus Covid-19 telah menjadi tantangan bagi kita selama hampir dua tahun terakhir. WHO telah membagi hasil mutasi menjadi dua, yaitu variant of concern (VoC) atau varian yang menjadi perhatian dan variant of Interest (VoI) atau varian yang diamati," kata Juru Bicara Pemerintah dalam Penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito dalam siaran pers secara virtual, Kamis (2/9).
Wiku mengimbau masyarakat selalu waspada terhadap VoC karena telah terbukti menunjukkan perubahan karakteristik yang lebih menular daripada varian original pada 2019. Sampai hari ini, kata Wiku, telah ditemukan tiga dari empat jenis VoC di Indonesia, yaitu Alfa, Beta, dan Delta.
"Vaksin yang dikembangkan saat ini pada umumnya menggunakan virus original, sehingga munculnya varian baru berpotensi untuk menurunkan angka efikasi yang telah dikeluarkan," kata dia.
Meski menurun, kata Wiku, masyarakat tidak perlu khawatir akan kemampuan vaksin, khususnya terhadap lima jenis vaksin yang telah digunakan di Indonesia. Kelimanya adalah Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna, dan Pfizer.
"WHO telah menegaskan bahwa standar vaksin dengan kemampuan membentuk kekebalan yang baik ialah yang memiliki nilai efikasi atau efektivitas di atas 50 persen," kata dia.
Wiku mengatakan, angka capaian vaksinasi saat ini membuat kita tidak boleh berpuas diri. Seperti diketahui, saat ini baru 36 juta lebih orang yang mendapat vaksin penuh dari target 181 juta orang penduduk Indonesia.
"Baiknya melebihi 70 persen dari populasi agar menjamin kekebalan komunitas secara sempurna terbentuk," kata dia.