Ahad 05 Sep 2021 11:21 WIB

Pasar Pertukaran Uang Terbesar Afghanistan Kembali Dibuka

Pasar Sarai Shahzada adalah pasar pertukaran uang terbesar di Afghanistan.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Milisi Taliban tiba di luar Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkan landasan pacunya, menandai akhir dari perang terpanjang Amerika.
Foto: AP/Khwaja Tawfiq Sediqi
Milisi Taliban tiba di luar Bandara Internasional Hamid Karzai setelah penarikan militer AS, di Kabul, Afghanistan, Selasa, 31 Agustus 2021. Taliban menguasai penuh bandara Kabul pada Selasa, setelah pesawat AS terakhir meninggalkan landasan pacunya, menandai akhir dari perang terpanjang Amerika.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Pasar pertukaran uang terbesar di Afghanistan kembali dibuka pada Sabtu (4/9) untuk pertama kalinya sejak Taliban menguasai Kabul pada 15 Agustus. Pasar Sarai Shahzada, yang terletak di lingkungan tua Kabul adalah pasar pertukaran uang terbesar di Afghanistan.

Pasar Sarai Shahzada Kabul tidak hanya membantu masyarakat dalam mengirim, menerima, dan menukar uang. Pasar itu juga membantu pemerintah dalam melakukan transaksi keuangan. Seorang pemilik salah satu tempat penukaran uang di pasar tersebut, Razle Rabbi, mengatakan, pembukaan kembali Pasar Sarai Shahzada akan membantu memperbaiki situasi Afghanistan.

Baca Juga

"Situasinya tidak baik karena penutupan bank dan pasar Sarai Shahzada. Kami berharap semuanya akan membaik secara bertahap," ujar Rabbi, dilansir Anadolu Agency, Ahad (5/9).

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, pasar pertukaran uang dan pusat bisnis terbesar di Afghanistan mulai beroperasi secara normal. Pada Kamis (2/9), bank sentral De Afghanistan Bank, mengatakan, pasar penukaran uang dapat kembali beroperasi secara normal. Keputusan itu dibuat setelah berkonsultasi dengan dewan pasar Sarai Shahzada. Selain itu, bank swasta dan komersial juga telah dibuka.

“Masyarakat dapat melanjutkan transaksi keuangan rutin mereka. Kami berjanji untuk membawa lebih banyak fasilitas dalam layanan perbankan di seluruh negeri,” kata pernyataan bank sentral.

Taliban mengalami kekurangan uang tunai karena aset negara yang disimpan di luar negeri telah dibekukan. Selain itu, publik skeptis terhadap kebijakan ekonomi di bawah pemerintahan Taliban.

Dana Moneter Internasional (IMF) telah memblokir akses bantuan keuangan ke Afghanistan, termasuk sekitar 440 juta dolar AS dalam cadangan moneter baru. Amerika Serikat (AS) juga telah membekukan aset bank sentral Afghanistan senilai 10 miliar dolar AS. Pejabat pemerintah AS mengatakan, Taliban tidak dapat mengakses aset bank sentral Afghanistan yang disimpan di AS. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement