Kamis 30 Sep 2021 21:56 WIB

Taliban Bubarkan Wanita Pengunjuk Rasa

Demonstran menuntut agar Taliban mengembalikan kembali hak pendidikan bagi wanita.

Rep: Mabruroh/ Red: Teguh Firmansyah
Para wanita berbaris menuntut hak-hak mereka di bawah pemerintahan Taliban selama demonstrasi di dekat bekas gedung Kementerian Urusan Wanita di Kabul, Afghanistan, Minggu, 19 September 2021.
Foto: AP
Para wanita berbaris menuntut hak-hak mereka di bawah pemerintahan Taliban selama demonstrasi di dekat bekas gedung Kementerian Urusan Wanita di Kabul, Afghanistan, Minggu, 19 September 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sekelompok wanita di Kabul sebelah timur terus menyuarakan dan menuntut hak-haknya kepada pemerintahan baru Afghanistan yang dikuasai Taliban. Sayangnya bukan jawaban yang mereka dapat melainkan letusan tembakan.

Seperti dilansir dari Al Arabiya, Kamis (30/9), Taliban hari ini menindak dengan keras para peserta demonstrasi hak-hak perempuan. Taliban melepaskan tembakan ke udara dan mendorong mundur pengunjuk rasa. Demikian laporan wartawan AFP yang menyaksikan kejadian itu.

Baca Juga

Demonstrasi hari ini terdiri dari enam orang wanita yang berkumpul di luar sekolah menengah di Kabul timur. Mereka menuntut hak bagi anak perempuan untuk dapat kembali ke sekolah.

Para wanita itu membentangkan spanduk bertuliskan “Jangan rusak pulpen kami, jangan bakar buku kami, jangan tutup sekolah kami”, sebelum penjaga Taliban merampasnya.

Mereka juga mendorong mundur para wanita pengunjuk rasa ketika mereka mencoba melanjutkan demonstrasi. Sementara seorang jurnalis asing dipukul dengan senapan dan dihalangi ketika merekam kekerasan tersebut.

"Seorang penjaga Taliban juga melepaskan tembakan singkat ke udara dengan senjata otomatisnya," kata wartawan AFP yang melihat.

Para demonstran dari kelompok yang disebut "Gerakan Spontan Aktivis Perempuan Afghanistan" berlindung di dalam sekolah.

Menurut kepala pasukan khusus Taliban di Kabul, Mawlawi Nasratullah para demonstran wanita tersebut tidak memiliki surat izin dari otoritas keamanan untuk melakukan unjuk rasa.  “Mereka memiliki hak untuk memprotes di negara kita seperti negara lain. Tapi mereka harus memberi tahu lembaga keamanan sebelumnya," katanya.

Unjuk rasa yang dilakukan para wanita hampir di seluruh kota-kota di Afghanistan setelah Taliban merebut kekuasaan, termasuk di kota barat Herat di mana dua orang ditembak mati. Unjuk rasa mulai berkurang sejak pemerintah mengeluarkan perintah yang melarang demonstrasi dan memperingatkan tindakan hukum yang berat bagi pelanggarnya.

Kini sudah hampir dua minggu sejak Taliban melarang anak perempuan pergi ke sekolah menengah. Taliban mengikuti interpretasi ketat hukum syariah yang memisahkan laki-laki dan perempuan, dan juga memangkas akses perempuan untuk bekerja.

Taliban mengaku mereka perlu menetapkan kondisi yang tepat sebelum anak perempuan dapat kembali ke kelas. Tetapi banyak orang Afghanistan ragu dan tidak percaya dengan janji Taliban.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement