Jumat 01 Oct 2021 16:00 WIB

Peringatan Warga Pribumi, Trudeau Malah Pergi Liburan

PM Kanada Justin Trudeau dikritik karena berlibur saat hari peringatan warga pribumi

Rep: Dwina Agustin/ Red: Christiyaningsih
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. Ilustrasi.
Foto: EPA-EFE/NEIL HALL/POOL
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA -- Kanada pertama kali menyelenggarakan Hari Nasional untuk Kebenaran dan Rekonsiliasi yang pertama pada, Kamis (3/9). Hanya saja Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mendapat kritik karena terbang ke Pantai Barat pada hari libur itu.

Rencana perjalanan resmi Trudeau mengatakan akan mengambil hari pribadi di Ottawa, bukan di Tofino, British Columbia, terbang bersama istri dan tiga anaknya. Global News mengatakan telah melihat pesawatnya mendarat di dekat Tofino dan kemudian mengonfirmasi kedatangannya.

Baca Juga

"Perdana Menteri menghabiskan waktu di Tofino bersama keluarga selama beberapa hari," kata juru bicara di kantor perdana menteri, Ann-Clara Vaillancourt, dalam sebuah pernyataan.

Trudeau berpartisipasi dalam upacara menandai hari peringatan untuk menghormati anak-anak yang hilang dan para penyintas dari sekolah-sekolah khusus pribumi itu di depan Parlemen pada Kamis malam. "Dia berbicara hari ini dengan penyintas sekolah perumahan dari seluruh negeri," katanya.

Kemudian perdana menteri berkicau di Twitter bahwa telah berbicara melalui telepon dengan para penyintas sekolah perumahan dari seluruh negeri. Dia mendengar cerita mereka dan mendapatkan saran tentang jalan ke depan.

Pemimpin liberal yang 10 hari lalu memenangkan pemilihan ketiga ini menjadikan rekonsiliasi pribumi sebagai prioritas kampanye. Pada Juni pemerintahnya memperkenalkan hari libur federal untuk menggarisbawahi warisan sistem sekolah perumahan.

Negara Tk'emlúps te Secwepemc di British Columbia jadi kuburan anak-anak tanpa tanda pertama ditemukan awal tahun ini. Pemerintah daerah mengatakan telah mengundang Trudeau untuk menghadiri upacara. Sebaliknya, perdana menteri menghabiskan beberapa jam berbicara dengan para penyintas sekolah dan keluarga mereka.

Sekolah-sekolah tersebut beroperasi antara 1831-1996 dan memindahkan sekitar 150 ribu anak pribumi dari keluarga mereka. Beberapa menjadi sasaran pelecehan, pemerkosaan, dan kekurangan gizi di sekolah-sekolah yang oleh Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi pada 2015 disebut sebagai genosida budaya.

"Ini adalah pemerintah yang mengatakan bahwa masyarakat adat adalah prioritas paling penting bagi pemerintah, dan tindakan itu ... tidak sesuai dengan kata-kata," kata kepala eksekutif Asosiasi Wanita Asli Kanada Lynne Groulx kepada Canadian Broadcasting Corp.

"Dia harus menjadi orang yang memimpin proses rekonsiliasi ini," kata Groulx.

Penemuan lebih dari 1.000 kuburan tak bertanda di dua bekas sekolah awal tahun ini membuka kembali luka mendalam yang ditinggalkan oleh penjajahan Eropa di Kanada dan upaya selanjutnya untuk mengasimilasi budaya asli. Masyarakat adat Kanada menderita tingkat kemiskinan dan kekerasan yang lebih tinggi serta harapan hidup yang lebih pendek.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement