REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Upaya kalangan pengusaha kuliner dan pemerintah untuk mendorong bisnis UKM kuliner terus digalakkan. Salah satunya melalui ajang Food Start up Indonesia (FSI) yang kini telah memasuki tahun kelima.
Meski upaya serupa juga digalakkan pengusaha kuliner lain, namun FSI masih dianggap lebih prestise bagi UMKM ataupun mereka yang berkecimpung di bisnis start up kuliner. "FSI upaya UMKM supaya naik kelas, disini lebih prestise karena ada dukungan Kemenparekraf dan pelaku usaha papan atas yang siap membantu,"kata Nilamsari, salah seorang Mentor FSI dari PT Sari Kreasi Boga dalam keterangan tertulisnya, Kamis (7/10).
Menurutnya dalam ajang ini, peserta UMKM kuliner mendapat pelatihan manajemen bisnis agar lebih meningkat kualitas produk dan pengelolaannya. Bahkan tidak jarang dari proses komunikasi antara para mentor dengan pelaku UMKM terjadi kesepakatan bisnis. Merekapun akhirnya terlibat kerja sama sebagai mitra, pemegang saham, investor atau sekedar memberi masukan. "Mereka dimonitor langsung guna ditingkatkan kemampuannya," katanya.
Menurut Nilamsari, dari sekitar 91 peserta UMKM yang mengikuti FSI saat ini sudah banyak yang bisnisnya berjalan lancar. Bahkan ada diantaranya yang juga telah membuka peluang waralaba. Hanya saja sebagai pendatang baru mereka masih butuh pengayaan pengetahuan bisnis makanan agar mampu berkembang. "Tidak sedikit laporan keuangannya sudah bagus, sehingga sudah banyak yang dibidik para calon investor,"katanya.
Para peserta UMKM kuliner ini juga berasal dari berbagai latar belakang profesi. Mulai dari mahasiswa, pebisnis hingga ibu rumah tangga. Bahkan ada beberapa diantaranya yang sudah memasarkan prduk makanan berbahan ramah lingkungan yang akan menjadi tren makanan sehat masa depan.
Untuk finalis FSI 2021 sendiri, berdasarkan kategori usaha terdiri atas dua. Yaitu 54 food manufacture (59,3 persem) dan 37 food service (40,7 persen). Sedangkan ditinjau dari demografi kota asal,finalis FSI tahun ini berasal dari sembilan provinsi dengan dominasi masih dari provinsi di Pulau Jawa. Adapun data provinsi finalis FSI yaitu DKI Jakarta (23,5 persen), Jawa Barat (15,3 persen), Jawa Timur(12,2 persen), Jawa Tengah (11,2 persen), Banten (10,2 persen) DI Yogyakarta (8,2 persen), Riau (5,1 persen), Aceh (2 persen), dan Sumatra Utara (2,0 persen).
Jika dilihat dari kota asal, seluruh finalis tahun ini berasal dari 46 kota dan kabupaten di Indonesia.Hal penting lainnya yaitu bentuk badan usaha para finalis FSI tahun ini. Terdapat 45 finalis(49,5 persen) berbadan usaha CV, 43 berbentuk PT (47,3 persen), dan hanya tiga yang masih belum berbadan usaha (3,3 persen). Sesuai dari proposal yang diajukan, terdapat beberapa tingkatan dukungan pendanaan yang dicantumkan finalis dalam pitchdeck mereka.
Kebutuhan dana yang paling banyak ada pada tiga kelompok, yaitu besaran Rp 300 juta-Rp 500 juta yang diajukan oleh 38,5 persen peserta, disusul berturut-turut besaran Rp 1 miliar-Rp5 miliar (17,6 persen), dan Rp 50 juta Rp 300 juta(16,5 persen). Terakhir berdasarkan gender, perbandingan laki-laki dan perempuan yaitu 59,3 persen: 40,7 persen.