Ahad 17 Oct 2021 19:13 WIB

Melbourne Cabut Lockdown Terpanjang di Dunia

Melbourne sebelumnya menerapkan lockdown hampir sembilan bulan sejak Maret 2020.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nora Azizah
Melbourne sebelumnya menerapkan lockdown hampir sembilan bulan sejak Maret 2020.
Foto: EPA-EFE/DANIEL POCKETT
Melbourne sebelumnya menerapkan lockdown hampir sembilan bulan sejak Maret 2020.

REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Melbourne akan mencabut aturan penguncian atau lockdown pekan ini. Melbourne menjalani penguncian selama 262 hari atau hampir sembilan bulan sejak Maret 2020.

Media Australia mengatakan, Melbourne menjalani penguncian terpanjang di dunia, melebihi penguncian di Buenos Aires selama 234 hari. Tingkat vaksinasi di negara bagian Victoria akan mencapai 70 persen pada pekan ini, sehingga memungkinkan kemudahan dalam pembatasan.

Baca Juga

"Hari ini adalah hari yang luar biasa. Hari ini adalah hari di mana warga Victoria bisa bangga dengan apa yang telah mereka capai," kata Perdana Menteri Victoria Daniel Andrews.

Pemerintah negara bagian Victoria akan mengizinkan pembukaan kembali sektor  perhotelan dan beberapa bisnis, dengan kapasitas yang tetap dibatasi. Sementara itu, pembukaan kembali pertokoan akan dilakukan ketika tingkat vaksinasi warga Victoria mencapai 80 persen. Victoria diperkirakan bisa mencapai tingkat vaksinasi 80 persen paling lambat pada 5 November.

Pada Ahad (17/10), dilansir reuters, Victoria mencatat 1.838 kasus baru virus korona dan tujuh kematian.  Sementara, negara bagian New South Wales, melaporkan 301 kasus dan 10 kematian.  Delapan puluh persen penduduk negara bagian itu telah divaksinasi lengkap.

Australia pernah menjadi juara dalam menerapkan strategi nol kasus Covid-19. Namun kasus Covid-19 di negara tersebut kembali meningkat seiring dengan menyebarnya varian delta yang penularannya lebih cepat. Hingga akhir pekan, sekitar 68 persen warga Australia yang memenuhi syarat telah divaksinasi lengkap.

Pejabat kesehatan Australia pada Ahad mengatakan, perjalanan bebas karantina dari Pulau Selatan Selandia Baru, akan dilanjutkan pada Rabu mendatang. Pemerintah sedang berdiskusi dengan Singapura tentang pembukaan kembali perjalanan antara kedua negara dengan syarat sudah menerima vaksinasi lengkap.

Meskipun ada peningkatan kasus dalam beberapa bulan terakhir, jumlah kasus virus korona di Australia rendah dibandingkan dengan banyak negara maju lainnya. Australia mencatat lebih dari 143 ribu kasus dan 1.530 kematian.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement