Rabu 20 Oct 2021 01:00 WIB

Firli: Teladani Akhlak Nabi Muhammad Agar tak Tamak

Firli menyebut Rasul Muhammad pernah enggan menyalahkan jenazah koruptor.

Red: Agus raharjo
Ketua KPK Firli Bahuri memberikan keterangan pers terkait  kasus korupsi pengadaan tanah di Munjul, di Gedung KPK Merah Putih, Jakarta, Senin (2/8/2021).  Rudi Hartono Iskandar bersama sejumlah pihak yang sebelumnya telah ditahan KPK yaitu Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah Pembangunan Sarana Jaya Yoory Corneles,  Direktur PT Adonara Propertindo (AP) Tommy Adrian dan Wakil Direktur PT.AP Anja Runtuwene, diduga terlibat kasus korupsi pengadaan tanah di Munjul, Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019, yang merugikan negara sedikitnya Rp152,5 Miliar.
Foto: ANTARA/Reno Esnir
Ketua KPK Firli Bahuri memberikan keterangan pers terkait kasus korupsi pengadaan tanah di Munjul, di Gedung KPK Merah Putih, Jakarta, Senin (2/8/2021). Rudi Hartono Iskandar bersama sejumlah pihak yang sebelumnya telah ditahan KPK yaitu Direktur Utama Perusahaan Umum Daerah Pembangunan Sarana Jaya Yoory Corneles, Direktur PT Adonara Propertindo (AP) Tommy Adrian dan Wakil Direktur PT.AP Anja Runtuwene, diduga terlibat kasus korupsi pengadaan tanah di Munjul, Kelurahan Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Kota Jakarta Timur, Provinsi DKI Jakarta Tahun 2019, yang merugikan negara sedikitnya Rp152,5 Miliar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengajak masyarakat meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW agar terhindar dari sifat tamak. Sifat ini disebut dapat menyebabkan korupsi. Firli menuturkan, ketamakan adalah sifat jahat yang akan bangkit dikala akhlak seorang manusia rusak.

"Contoh nyata jahatnya ketamakan dapat kita lihat pada seorang koruptor, manusia yang tak mampu lagi mengontrol hasrat dan hawa nafsu duniawi yang membuat dirinya rakus layaknya seekor tikus, serakah dan tamak karena tidak pernah puas dan selalu merasa kurang dengan apa yang telah dimilikinya," kata Firli dalam keterangannya, di Jakarta, Selasa (19/10).

Ia mengatakan sifat tamak menghilangkan sisi kemanusiaan, nilai ketuhanan, agama, budaya serta norma dan etika pada diri seorang koruptor, sehingga berani dan tega melakukan pidana korupsi. "Seberapa kecilnya pendapatan kita akan cukup jika digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi sebaliknya seberapa besarnya pendapatan kita yang kita peroleh akan selalu kurang jika digunakan untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup," ujar Firli.

Dia menyebut korupsi bukan hanya terjadi di zaman sekarang. Korupsi, kata dia, juga terjadi pada era kepemimpinan Nabi Muhammad SAW. "Berbicara penanganan korupsi perlu dicatat, di zaman Nabi juga terjadi OTT (operasi tangkap tangan) di mana baginda Rasulullah SAW sangat membenci dan melaknat orang yang berani korupsi atau berperilaku koruptif," kata Firli.

Ia menyebutkan Nabi Muhammad SAW yang baru saja memenangi pertempuran Khaibar enggan menyalatkan satu jenazah tentara yang ikut berperang dengannya. "Meski heran, beberapa sahabat yang melihat jelas raut kekecewaan di wajah Nabi, sigap berperan layaknya penyidik yang melakukan OTT, menemukan kharazan semacam perhiasan manik-manik khas Yahudi seharga dua dirham pada jasad tentara tersebut," kata Firli.

"Sungguh! saudara kalian ini telah menggelapkan harta rampasan perang di jalan Allah SWT," sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang dikutip Firli. Dari kisah dan sejarah tersebut, ia mengatakan akhlak baik adalah kunci utama yang dapat menghilangkan sifat tamak.

"Tauladan akhlakul karimah yang tercermin dari baginda Rasulullah SAW sepatutnya dapat menjadikan kita sebagai pribadi sederhana yang mengedepankan nilai-nilai kejujuran, menjaga integritas agar senantiasa teguh dalam menjalankan amar ma'ruf nahi munkar," kata dia.

Firli mengatakan Maulid Nabi Muhammad SAW seyogianya bukan sekadar peringatan atau menjadi sejarah yang hanya dipelajari bagi generasi dari masa ke masa sejak dulu hingga saat ini. "Dengan semangat antikorupsi, kita gelorakan dan lanjutkan kebangkitan kesempurnaan 'akhlakul karimah' sebagai manusia sesuai visi baginda Rasulullah Muhammad SAW khususnya di bumi pertiwi agar cita-cita, harapan, dan tujuan negara untuk kemakmuran dan kesejahteraan dalam kehidupan berbangsa serta bernegara yang cerdas dan terlaksana merata serta terasa dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote," katanya lagi.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement