Rabu 27 Oct 2021 03:15 WIB

Pakar: Valuasi GoTo Tembus 30 Miliar Dolar AS

Pakar menilai investor lokal kini raih keuntungan besar dengan kenaikan valuasi GoTo

Telkom salah satu investor lokal GoTo saat masih menjadi Gojek. Astra, Telkomsel dan Djarum telah berinvestasi ketika valuasi perusahaan teknologi digital terbesar di Indonesia itu masih rendah.
Foto: Telkom
Telkom salah satu investor lokal GoTo saat masih menjadi Gojek. Astra, Telkomsel dan Djarum telah berinvestasi ketika valuasi perusahaan teknologi digital terbesar di Indonesia itu masih rendah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penggalangan dana Pra-IPO yang dilakukan GoTo Group pekan lalu telah berhasil menggaet Abu Dhabi Investment Autority (ADIA). Investor besar dari Timur Tengah tersebut ikut membenamkan investasinya senilai 400 juta dolar AS. Masuknya dana segar menjelang IPO tersebut membuat valuasi bisnis GoTo terus melambung tinggi. 

“Dengan adanya dana masuk sebagai tambahan modal, tentunya akan menaikkan valuasi GoTo. Secara kapitalisasi, masuknya dana dari investor tersebut juga akan bagus dan asumsinya besar yang diperkirakan mencapai Rp 500 triliun, bisa menjadi nomor dua setelah BCA (Bank Central Asia) dan ini bisa menjadi penggerak pasar BEI,” ujar Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana, Selasa (26/10).

Investor lama GoTo diperkirakan mendapatkan keuntungan besar berkat kenaikan valuasi tersebut. Reuters melaporkan, valuasi GoTo kini sudah mencapai 32 miliar dolar AS. Masuknya sovereign wealth fund seperti ADIA dinilai sangat strategis bagi penguatan nilai bisnis GoTo.

Sejumlah emiten seperti PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), melalui anak perusahaannya Telkomsel, diketahui ikut berinvestasi di GoTo ketika masih dalam entitas Gojek. Sementara investor lokal lain seperti grup Djarum melalui entitas anak Global Digital Niaga juga berinvestasi di Gojek.

Astra, Telkomsel dan Djarum telah berinvestasi ketika valuasi perusahaan teknologi digital terbesar di Indonesia itu masih rendah. Sebagai contoh, Astra yang berinvestasi sebesar 250 juta dolar AS di tahun 2018, menanamkan dananya saat valuasi Gojek berkisar 3,5 miliar hingga 4 miliar dolar AS. Sementara di waktu bersamaan nilai investasi Djarum diperkirakan mencapai sekitar 100 juta dolar AS.

Telkomsel masuk ke Gojek secara bertahap sejak tahun 2020. Pada tahap pertama, anak usaha Telkom ini menanamkan investasi sebesar 150 juta dolar AS. Kemudian tahap kedua di tahun 2021 penyertaan Telkomsel di Gojek bertambah hingga total menjadi sebesar 450 juta dolar AS. Ketika Telkomsel masuk, nilai valuasi Gojek diperkirakan sudah diatas 10 miliar dolar AS.

Pasca terbentuknya GoTo Group, persentase kepemilikan tiga konglomerasi bisnis di Indonesia itu berkurang. Namun, dengan terus melesatnya valuasi saham GoTo group, nilai investasi ketiga entitas tadi ditaksir sudah naik puluhan persen.

Dengan asumsi valuasi GoTo saat ini sebesar 30 Miliar dolar AS, maka perkiraan IRR (Internal Rate of Return) yang telah diraup oleh Investor Institusional Domestik seperti Telkom Group yang hampir setahun masuk adalah sebesar 6,97 persen (monthly) atau setara dengan 83,66 persen per annum, Astra Internasional sebesar 32 persen per anum dan Djarum meraup 43 persen per annum. Mereka sudah diuntungkan dengan masuknya dana Pre-IPO.

Kepemilikan saham investor GoTo berpotensi berubah sejalan dengan proses pra-IPO yang bisa menambah jumlah investor baru. “Saya melihat saham ekonomi digital khususnya GoTo akan menarik sekali karena GoTo ini  tidak hanya Gojek melainkan ada Tokopedia, dan ini akan dipandang sebagai sesuatu yang sangat prospeknya besar sekali. Jadi saya rasa investor akan langsung profit,” jelas Wawan.

Menurut Wawan, dengan model bisnis GoTo Group yang lengkap, peluang penguatan saham calon emiten ini lebih terbuka. “GoTo ini fokusnya akan menjadi suatu ekosistem. Kalau bisa uangnya jangan keluar dari ekosistem tersebut. Jadi banknya ya Bank Jago, kalo mau belanja pakai Gopay dan kalau mau beli apa-apa di Tokped dan beli makan di Gojek, sepanjang GoTo bisa menggeliatkan ekosistem yang seperti itu maka akan memiliki prospektus yang luar biasa,” tambah Wawan.

Sebelum melepas 25 persen sahamnya lewat IPO di bursa efek, valuasi Bukalapak ditaksir sekitar 4 miliar sampai 5 miliar dolar AS. Setelah IPO, valuasi harga saham BUKA ternyata jauh lebih tinggi, mencapai sekitar 6 miliar dolar AS.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement